DokPri: Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Pergumulan manusia dan lingkungan yang terjadi berabad-abad lamanya telah menyebabkan lahirnya krisis ekologis. Krisis ini berkaitan langsung dengan pola pergumulan manusia dan lingkungan. Dalam skala Mondial, permasalahan lingkungan menjadi isu global.
Hal ini disebabkan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mempertimbangkan dampak buruk yang menyertai pembangunan. Risiko pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan telah menciptakan kondisi yang berlawanan dengan daya dukung lingkungan itu sendiri.
Ironisnya keselamatan warga menjadi taruhan dari segala bentuk kebijakan pembangunan saat ini. Jika kita menelaah seharusnya lingkungan hidup menjadi penyangga pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Ketika manusia dijadikan objek maka semenjak itu pula manusia mengalami keterpecahan dalam diri dan lingkungannya. Hal ini disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, pelaku pembangunan yang mengesampingkan manusia dan kemanusiaannya. Dengan kata lain yang diperjuangkan pelaku pembangunan adalah pengelolaan sumber daya alam sebebas-bebasnya.
Pandangan ini menuju pada konsep pembangunan sebagai sarana mengeruk keuntungan dan mencari kepuasan diri. Kedua, pelaku pembangunan kurang memahami partisipasi setiap manusia dalam mendukung pembangunan.
Kurangnya pemahaman ini melahirkan perilaku yang menempatkan manusia bukan sebagai pribadi yang bermartabat, tetapi objek yang diperlukan untuk mencapai kepentingan tertentu. Ketiga, motivasi para pelaku pembangunan sebagai sarana untuk mencapai target bukannya sebagai media dalam upaya memanusiakan manusia.
Kata pembangunan, sesungguhnya bukan istilah baru. Sejak Indonesia meredeka, kita menyatakan tekad dan komitmen bersama untuk membangun sebuah negara, bernama Indonesia. Demikian pula juga Nusa Tenggara Timur, sebagai bagian dari NKRI.
Pembangunan berasal dari kata dasar "bangun", yang berarti mulai sadar atau insaf akan nasibnya, cara menyusun atau susunan yang merupakan suatu wujud.