Berkunjung ke Intalasi Pengolahan Air (IPA) milik PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) selalu menyenangkan buat saya. Dari kunjungan ini saya selalu belajar mensyukuri betapa memiliki air bersih yang layak konsumsi itu merupakan sesuatu yang berharga. Untuk mendapatkan air bersih di Jakarta khususnya ternyata membutuhkan proses yang tidak sederhana, butuh banyak proses yang harus dilewatinya.
Setidaknya itulah yang saya pelajari dari dua kunjungan ke IPA milik PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja). Setelah November lalu saya mengunjungi IPA Taman Kota di Kawasan Kembangan, maka 8 Desember kemarin saya bersama 20 kompasiana kembali berkesempatan mengunjungi IPA Cilandak yang berlokasi di Jalan RA. Kartini, Cilandak Timur Jakarta Selatan. Dengan menggunakan sebuah bus berukuran sedang kita berangkat dari kantor Palyja di bilangan Pejompongan menuju IPA Cilandak yang memiliki luas sekitar 95.367 m2.
Sekitar pukul 1 siang kami tiba di IPA Cilandak. Rombongan langsung disambut dengan ramah oleh Kepala IPA Cilandak, Rizky Darmadi. Mas Rizky kemudian mengajak seluruh kompasiana untuk berkeliling area IPA Cilandak sambil menjelaskan beberapa proses yang ada di dalamnya. Sambil berjalan kaki santai, Mas Rizky menjelaskan jika sumber air di IPA Cilandak berasal dari Kali Krukut yang letaknya persis berada di samping area IPA Cilandak. Mas Rizky juga sedikit kilas balik mengenai sejarah IPA Cilandak yang dibangun tahun 1977 dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
Saat ini menurut Mas Rizky ada 2 sistem pengelolaan air di IPA Cilandak dengan total air bersih yang dihasilkan mencapai 4000 liter per detik. Sistem pertama yakni menggunakan plant lama yang mampu memproduksi masing-masing sebesar 100 liter per detik. Sementara sistem kedua yakni dengan plant UCD 720 (Unit Compact Degreemont) dengan kapasitas produksi 200 liter per detik. Unit pengolahan UCD 720 ini dimulai pada tahun 2000 untuk menambah kapasitas produksi air bersih di IPA Cilandak.
Pada kesempatan ini, seluruh kompasiana juga diajak Mas Rizky untuk mengenal teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). Teknologi MBBR ini disebut-sebut menjadi teknologi pertama di Asia Tenggara dalam pengelolaan air baku yang memanfaatkan mikroorganisme alami. Nah, di IPA Cilandak ini kita bisa melihat langsung bagaimana penerapan teknologi MBBR ini yang menggunakan mikroorganisme alami yang dapat melawan polutan. Oiya, pengerjaan teknologi MBBR di IPA Cilandak sudah dilakukan sejak awal tahun 2016 loh. Hingga Desember ini progresnya sudah mencapai 95 % . Teknologi MBBR yang ada di IPA Cilandak saat ini sedang memasuki masa percobaan atau trial sebelum bisa digunakan sepenuhnya dalam proses pengelolaan air bersih.
Dalam proses operasional teknologi MBBR ini, Mas Rizky menjelaskan tujuannya untuk menjaga mikroorganisme pemakan polutan tetap hidup dan dibutuhkan oksigen terlarut sebesar kurang lebih 5 mg/L yang didapat dari sistem aerasi yang menggunakan blower. Selain itu, hasil aplikasi teknologi MBBR di IPA Cilandak juga ditargetkan dapat menurunkan konsentrasi ammonia hingga mencapai 70 persen dengan kadar ammonia dalam air baku mencapai 3 mg/L.
Selain proses operasional MBBR, seluruh kompasiana juga diperkenalkan beberapa proses pengelolaan air untuk mengelola air bersih dan bisa digunakan para pelanggan Palyja. Proses pengadukan yang menggunakan 2 unit tahap pengadukan atau mixing. Proses pengadukan ini berlangsung melalui 2 cara yakni pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Semuanya memiliki tujuan untuk membentuk flok.
Proses selanjutnya yakni sedimentasi atau pengendapan lumpur. Dalam proses ini digunakan 1 unit pengendapan yang bertujuan untuk memisahkan lumpur dan air bersih. Selanjutnya, proses penyaringan. Dalam proses penyaringan ini digunakan 3 unit penyaringan air bersih dari polutan yang tersisa sebelum masuk ke reservoir. Sistem penyaringan yang digunakan adalah tangki bertekanan tinggi yang berbentuk kapsul dengan tekanan operasional 3 bar.
Proses selanjutnya yakni reservoir. Di IPA Cilandak Terdapat 2 unit reservoir dengan kapasitas 1000 m3. Reservoir 1 menampung air bersih dari olahan plant lama dan reservoir 2 menampung air bersih hasil olahan dari plant UCD 720. Meskipun menampung hasil olahan dari 2 plant yang berbeda, tetapi antara reservoir 1 dan reservoir 2 terkoneksi oleh pipa berdiameter 300 mm.
Sama seperti di IPA Taman Kota, di IPA Cilandak juga terdapat proses khlorinisasi yakni proses disinfeksi dengan menggunakan chlorine untuk membunuh bakteri yang terdapat dalam air bersih yang dihasilkan. Proses khlorinisasi ini menjadi proses terakhir sebelum air didistribusikan ke para pelanggan Palyja.
Masalah Sampah dan Banjir di IPA Cilandak