Lihat ke Halaman Asli

Tauhid Patria

TERVERIFIKASI

karyawan swasta

Ketika Komunitas Dilirik Dunia Perbankan

Diperbarui: 14 Oktober 2016   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana nangkring bersama Bank Danamon

Tiga tahun yang lalu saya sama sekali tidak tahu bagaimana serunya tergabung dalam sebuah komunitas. Saya bahkan berangan-angan bisa gabung dalam sebuah komunitas yang dapat mengisi waktu saat weekend tiba. Terbayang serunya bisa ngumpul bareng dengan teman-teman yang memiliki hobi atau kesukaan yang sama. Namun semenjak gabung di Kompasiana, angan-angan itu pelan-pelan mulai menjadi kenyataan. Iya, di Kompasiana saya jadi merasakan serunya gabung di komunitas blogger terbesar di Indonesia dan bertemu dengan penulis-penulis kompasiana lainnya.

Tidak hanya itu, melalui Kompasiana saya juga bertemu dengan teman-teman yang memiliki hobi sama seperti misalnya teman-teman yang hobi makan. Alhamdulillahnya, di sini ada KPK alias Kompasiana Penggila Kuliner yang kerjaannya memang mencicipi makanan di tempat-tempat makan baru. Dengan motto We Eat We Write, KPK seperti menjadi komunitas yang pas untuk saya yang memang suka makan ini.

Semangat berkomunitas ini jugalah yang saya tangkap dari Bank Danamon ketika menghadiri acara nangkring bersama Bank Danamon dengan tema Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial.  Dalam nangkring yang diadakan di kantor Bank Danamon, Kawasan Kuningan ini, saya melihat betapa Bank Danamon ingin mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas yang terbentuk di jejaring sosial termasuk dengan Kompasiana salah satunya.  Cara ini ditempuh guna mendengarkan masukan-masukan teman-teman dari komunitas untuk lebih mendekatkan diri dengan para nasabah. Masukan-masukan dari teman-teman komunitas ini diharapkan bisa memperbaiki pelayanan menjadi lebih baik.

Chief Marketing Officer Bank Danamon ,Toni Darusman, bercerita, sejak 2012 Bank Danamon sudah mulai mengelola sosial media sebagai salah satu asset perusahaan. Sosial media ini menjadi wadah interaksi pihak Bank Danamon dengan para nasabahnya. Toni mengaku, nasabah banyak yang terbantu dengan hadirnya sosial media di tengah-tengah mereka. Keluhan nasabah yang menyangkut layanan maupun produk-produk tabungan bisa langsung berinteraksi dengan bank Danamon.   

Kompasiana yang tumbuh bersama komunitas-komunitas yang ada didalamnya

Bicara mengenai komunitas, Assistant Manager Kompasiana, Mas Iskandar Zulkarnaen, bercerita, jika awalnya Kompasiana dibuat hanya untuk kalangan internal grup Kompas Gramedia. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya Kompasiana dibuka untuk penulis-penulis di luar lingkungan Kompas hingga menjadi wadah bagi para blogger di Indonesia seperti saat ini.

Mas Isjet menyebut media sosial menjadi sarana dari lahirnya komunitas-komunitas dengan berbagai macam platform. Saat ini orang-orang bebas memilih ingin bergabung di komunitas apa. Seperti di Kompasiana misalnya ada orang-orang yang memiliki kesamaan hobi makan maka bisa bergabung di KPK atau misalnya yang punya hobi nonton bisa gabung di Komik. “Menariknya  Kompasiana mantap melaju bersama komunitas-komunitas yang berada didalamnya” Ungkap Mas Isjet, sapaan akrab Iskandar Zulkarnaen.

Kisah yang hampir mirip juga terjadi di komunitas Nebengers. Berlatar belakang sama-sama terjebak kemacetan, membuat komunitas nebengers ini terbentuk. Dari situ anggota komunitas ini mulai melakukan kegiatan nebeng pada salah satu mobil anggotanya. Komunitas ini pelan-pelan bergerak dari sosial media dan dari hari ke hari jumlah anggotanya semakin banyak. “Dari kegiatan ini lahirlah istilah sharing ekonomi yang bisa ditanggung bersama” ungkap Andreas Aditya S, Penggagas Komunitas Nebengers.com.

Foto Bersama seusai nangkring yang mengangkat tema Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial

Seiring berjalannya waktu, komunitas Nebengers pun semakin mengembangkan sayap. Tidak hanya perjalanan dalam kota saja, saat ini Nebengers juga sudah bisa ke luar kota. Radit bercerita, saat ini orang-orang bisa nebeng dari Jakarta sampai ke Bandung. Bahkan, Nebengers juga ada di kota-kota di luar Pulau Jawa. “Lucunya, dari Nebengers ini ada orang-orang yang menemukan jodoh hingga akhirnya menikah.” cerita Radit.

Lalu bagaimana tips agar sebuah komunitas mantap melaju bersama para anggotanya. Kalau kata mas Isjet, lakukan aksi dan bereaksi menjadi senjata bagi komunitas untuk  mantap melaju di track yang telah dbangun selama ini. Komunitas itu harus ada aksinya dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama anggota-anggotanya. Sementara bereaksi, dalam komunitas haruslah terbuka terhadap hal-hal baru yang terjadi di ruang lingkup komunitas.  

Selain itu, berkomunitas juga tidak bisa lepas dari resiko negatif yang bisa menghampiri kapan saja. Misalkan saja komunitas yang anggotanya tidak aktif, tentu saja akan membuat komunitas itu pelan-pelan hilang ditelan bumi. Untuk itu diperlukan adanya kolaborasi dengan komunitas-komunitas lain agar suatu komunitas bisa berjalan dan menjaga eksistensinya.

Komunitas sejatinya membuat kita dapat dengan mudah bersosialisasi dengan orang-orang baru yang berasal dari berbagai latar belakang dan disatukan dengan hobi ataupun kesukaan yang sama. Apapun komunitasnya, kita harus bisa mantap melaju dan berkembang bersama komunitas agar komunitas kita lebih dikenal kalangan luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline