Kantor Warner Music Indonesia di Bilangan Tugu Tani Rabu malam (19/8) tidak seperti biasanya. Kantor salah satu label besar di Indonesia ini sedang menggelar acara musik Warwar dengan bintang tamu spesial, yakni Michael Learn To Rock (MLTR). Ya Band yang terkenal di tahun 90-an dengan hits-hits macam Sleeping Child, Out of The Blue, dan That’s Why menjadi magnet yang kuat untuk mendatangkan para penggemarnya menyaksikan mereka melakukan performance dalam acara Warwar yang kali ini sudah memasuki episode yang kesebelas.
[caption caption="MLTR yang tampil memeriahkan Warwar episode 11"][/caption]
MLTR yang kini tinggal memiliki 3 personil yang terdiri dari Jascha Richter (Vocal, Keyboard), Mikkel Lentz (Gitar), dan Kare Wanscher (drum) tampil dengan berkemeja rapi. Mereka duduk dengan santai sambil menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Host Christy Colondam. Suasana santai terbangun dari pertanyaan-pertanyaan seputar single terbaru mereka yang berjudul Call On Love dan juga rencana mereka manggung di Indonesia. Para personil MLTR terlihat santai menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari Christy meskipun mereka terkadang menjawab secukupnya saja.
Sesi pertanyaan berakhir, mereka pun perform membawakan 3 lagu secara akustik. Dua lagu yang dibawakan di antaranya single terbaru mereka Call On Love dan salah satu Lagu andalan di awal kemunculan mereka The Actor. Para penggemar yang memadati kantor Warner Music Indonesia pun langsung memberikan sambutan saat para personil MLTR memainkan lagu demi lagu. Bahkan, mereka larut bersama sang vokalis menyanyikan lagu The Actor yang memang menjadi lagu wajib yang mereka nyanyikan ketika berada di Indonesia.
Begitu usai acara, para penggemar mencoba mendekati setiap personil untuk sekedar bersalaman maupun meminta tanda tangan kepada setiap personil MLTR, namun sambutan yang diberikan para personil MLTR justru terlihat agak kurang ramah. Mereka seperti mengacuhkan keinginan penggemarnya untuk bersalaman ataupun sekedar minta tanda tangan. Saya sendiri mengalami hal serupa ketika mencoba meminta tanda tangan mereka di atas CD yang saya bawa dari rumah, namun hasilnya nihil karena tidak satu pun yang berkenan menandatangani CD ini. Kecewa juga sih karena sudah membeli CD original mereka mahal-mahal namun ketika diminta tanda tangan mereka enggan membubuhkan tanda tangan di atas karya mereka sendiri. Apalagi Saya memiliki album mereka lengkap mulai dari album pertama hingga terakhir dan semuanya original tidak ada satu pun yang bajakan. Sedikit banyaknya saya memberikan royalty untuk mereka juga.
[caption caption="CD MLTR dari album pertama hingga terakhir yang saya miliki"]
[/caption]
Dari kejadian ini , mungkin menurut saya MLTR harus banyak belajar banyak dari band-band Indonesia yang sangat dekat dengan para penggemarnya. Sebut saja band sebesar Slank yang sangat dekat dengan para penggemarnya yang diberi nama Slankers. Lihatlah bagaimana para Slankers berkunjung ke markas mereka di Gang Potlot hanya untuk bercengkerama bersama para personil Slank. Kalau sekedar salaman, foto bareng maupun tanda tangan bukanlah hal yang sulit untuk para slankers meminta langsung kepada Kaka Cs. Tidak hanya Slank, band Indie seperti Superglad bahkan tidak berjarak sama sekali dengan para penggemarnya yang mereka beri nama Heroes. Setiap kali mereka turun panggung mereka mau berbaur dengan para Heroes untuk ngobrol-ngobrol, foto bahkan tanda tangan dengan gampangnya diberikan kepada para penggemar setia yang dengan penuh loyalitas mengikuti setiap gerak langkah band favoritnya itu.
Okelah mungkin mereka dari luar negeri dan pernah jadi band besar di era 90-an, tapi untuk saat ini mungkin hanya mereka yang mengalami masa muda di era 90-an lah yang mengenal MLTR selebihnya mereka hanya band lawas yang mungkin mencari peruntungan pundi-pundi keuangan dari negara-negara di Asia Tenggara yang menjadi basis penggemar mereka dulu termasuk Indonesia. Tercatat MLTR pernah beberapa kali ke Indonesia dan seharusnya mereka sudah hafal dengan Kultur budaya penggemar mereka di sini. Penggemar di Indonesia mungkin sedikit berbeda dengan di belahan dunia mana pun, karena di sini antusias mereka terhadap band-band luar negeri masihlah sangat besar. Tidak hanya band-band lawas yang mencari peruntungan, bahkan boyband-boyband Korea yang sekarang lagi ngetop-ngetopnya mendapat antusias penonton yang sangat luar biasa.
Ya sudahlah, mungkin begitu ‘style’ mereka dalam bercengkrama dengan para penggemarnya. Saya sendiri sedikit kecewa sudah membeli karya-karya original mereka karena ternyata para personil MLTR tidaklah semanis lagu-lagu yang mereka bawakan. Buat saya yang seorang kolektor kaset dan CD, mungkin akan sedikit menjadi cerita dan koleksi yang berharga bila CD-CD original MLTR yang sudah dibeli mahal-mahal itu ada tanda tangan langsung dari para personil bandnya. Sama halnya saya bangga dengan musisi-musisi Indonesia yang mau menandatangani CD karya mereka. Tercatat CD-CD dari band-band seperti Naif, Netral, Maliq the essential, Superglad, hingga Kahitna semuanya bertanda tangan asli personilnya. Jadi MLTR, belajarlah dari band-band Indonesia dalam menghargai penggemar setia yang rela membeli CD original di tengah era digital yang mungkin orang dengan gampangnya membajak suatu karya musik dan menjadikan karya musik itu seperti tidak ada harganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H