Kontestasi Pilkada serentak 2024 mulai memperlihatkan berbagai warna warni dinamikanya mulai dari pra pendaftaran calon sampai dengan saat ini, termasuk yang bisa kita temukan di Kabupaten Gowa yang pada akhirnya hanya menyisakan dua pasangan calon Bupati dan wakil Bupati, meskipun proses penetapan pasangan calon baru akan dilaksanakan pada 22 September kedepan.
Pilkada menjadi ruang kontestasi sekaligus kompetisi dalam rangka mencari figur pemimpin terbaik yang akan diberikan mandat penuh untuk memimpin daerah selama periodesasi lima tahunan. Proses kontestasi tersebut seyogyanya dimaknai dengan kaca pandang yang humanis, berwawasan keakraban serta keramahtamahan tanpa meminggirkan rancang bangun visi misi kepemimpinan yang akan ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon.
Di samping proposal gagasan, pengalaman kepemimpin kandidat menjadi alat ukur primer yang tidak boleh disangsikan dalam proses seleksi kepemimpinan di semua tingkatan karena keduanya menyangkut proposisi kebijakan yang akan dioperasionalisasikan dalam periodesasi kepemimpinan yang akan datang. Calon Pemimpin yang kaya dengan sepak terjang juga kelengkapan jaringan di multi sektor tentu saja mesti lebih dipertimbangkan dan diberikan kesempatan untuk dapat mengakselerasi kemajuan pembangunan daerah.
Di lain pihak, kita patut bersyukur bahwa pilkada kabupaten Gowa menjadi kontestasi yang ramah gender, karena memberikan tempat juga kesempatan bagi kaum perempuan untuk terlibat bukan lagi sebagai pemilik hak suara an sich namun menjadi bagian dari aktor utama dalam proses kompetisi di pilkada ini.
Namun yang harus diberikan catatan kaki penting bahwa kontestasi kepemimpinan tidak boleh direduksi hanya sebagai diskursus gender equality semata, tanpa mempertimbangkan kompetensi, kualifikasi, serta pengalaman, sebab jika tiga hal tersebut dinafikan sebagai alat ukur dengan dalih gender equality maka kepemimpinan sangat mungkin akan berakhir pincang. Karena itu memilih pemimpin yang ramah gender dan punya kelengkapan kapasitas dan pengalaman kepemimpinan menjadi pilihan rasional yang terbaik.
Pilkada Tanpa Intimidasi
Membaca ulang dinamika dalam pilkada Kabupaten Gowa, belakangan ini muncul tagar kampanye yang bernada kecemasan di hampir semua sosial media, tagar tersebut bertuliskan #Politiktanpaintimidasi dan #Pilihantanpapaksaan. Kampanye semacam ini tidak mungkin muncul begitu saja tanpa perhitungan yang jelas.
Keadaan ini tentu saja tidak bisa dibaca terpisah dengan kondisi politik lokal di banyak daerah yang dalam realitasnya memang dipenuhi oleh intrik yang berbau konspirasi maupun kolusi jahat, apakah itu diwujudnyatakan dengan tekanan maupun intimidasi oleh kekuatan besar yang coba menyetir pejabat di tingkat bawah sampai dengan masyarakat kecil dengan tujuan memobilisasi dukungan untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Situasi semacam ini tentu saja memperparah apa yang oleh banyak pakar sebut hari ini sebagai pembusukan demokrasi, di mana suara-suara nurani yang seharusnya menopang jalannya proses demokratisasi dianjak-injak secara sadar dan meyakinkan, jika hal ini dibiarkan maka ide tentang penguatan demokrasi maupun hak asasi manusia semakin jauh panggang dari api. Siapapun yang berniat melakukan hal tersebut sudah pasti tidak punya kehendak baik serta keberpihakan kepada masa depan daerahnya, apa lagi masa depan warga masyarakatnya.
Sekali lagi, mari kita sambut dan laksanakan pilkada Kabupaten Gowa dengan riang gembira, saling akur dan rukun guyub, kita tunjukkan masih sangat banyak orang yang mencintai tanah ini, tanah leluhur yang merupakan para pahlawan negeri ini, jangan kita rusak semata demi nafsu berkuasa yang hanya lima tahunan.
*Ditulis oleh Taufiqurrahman (Koordinator AURA MUDA)