Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Menyemai Angin

Diperbarui: 16 November 2023   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mencium aroma rindu. Dari gelombang angin yang gemuruh. Tiang tiang peradaban materil telah lapuk. Tangan tangan bertepuk di antara penderitaan dan kepahitan. 

Angin gurun mencumbu telingaku. Menarik narik mataku. Memberi persaksian tentang mata gagak hitam yang senantiasa lapar.

Waktu tak akan berdusta. Sejarah pongah dan ketidakwarasan akan mengundang guruh yang mengguncang lembah lembah.

Orang orang akan terbangun dari mimpi yang tolol dan kosong. Aku ingin menyemai angin di taman. Membaca garis wajahmu. Menyematkan bunga pengorbanan. Atau sekadar doa di perbatasan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline