Mungkin ini tidak seperti mata pisau Sapardi yang tetiba membuat cerita di atas meja makan pada suatu malam.
Mata pisau dari waktu yang tumbuh dalam perjalanan kenangan. Dari tubuh ke jiwa. Dari bayangan ke pikiran. Jadi tak terelakkan. Menjadi banyangan yang mengejar di barisan mimpi. Mimpi mimpi yang tenggelam di bawah senja. Kaki kaki telah disengat igau dan ufuk langit telah bertukar warna.
Ia..mata pisau itu seperti berbisik bisik dengan garang di luar telinga. Menggambarkan berita berita dari sungai yang ditimpa longsor.
Mata pisau membentuk memeor kenangan sendiri dalam ruang percakapan abad yang telah tidur. Menjadi sesuatu yang akan menyintas pertemuan jiwa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H