Secepat kilat duet Anies dan Cak Imin jadi konsumsi media. Di antara artikel kompasiana mengulasnya dari sisi dansa politik ala cak Imin. Ada juga menyebutnya sebagai akrobat politik. Bisa begitu, ya?
Masyarakat pada umumnya tidak punya pilihan teknis. Para elite lah yang mengatasnamakan rakyat dalam putusannya. Moga ini bagus untuk Indonesia yang lebih maju. Pihak NU juga mengharapkan bahwa ini bukan bagian dari keputusan NU secara organisasi.
Ya, di antara seleweran media, banyak yang mengarahkan sisi Surya Paloh dan Anies. Anies dibully jadi petugas nasdem (padahal duduk perkaranya beda).
Yang paling berat adalah, beberapa saat sebelumnya, Pak Surya ada ketemuan dengan Pak Jokowi. (Kayaknya banyak pasang kaki nih..)
Saya menimbang bahwa bahwa naluri Pak Surya yang berdarah bisnis sangat kental, dalam hal cepat mengambil keputusan/ngotot.
Kronologisnya, dia memang meminta Cak imin memutuskan dengan cepat. Bersalaman denga Pak Surya (tanda sepakat) atau tidak pernah sama sekali. Walaupun belum ada dialog khusus ke partai pendukung lainnya untuk hal ini.
Begitu pun Cak Imin, nilai politisnya tentu sangat tinggi saat bisa mengambil" posisi orang nomor satu di PKB. Sehingga memberi garansi tersendiri. Bahkan ia digadang sebagai capres dari dari PKB dalam muktamar kemarin itu.
Tentu, pihak Probowo" merasa ditinggalkan. Pun Demokrat yang langsung meradang sampai SBY jadi merespon dengan nada tinggi: tidak amanah dan menganggap Anies berkhianat. (Mestinya yang merespon awal adalah AHY, biar gentel gituh!)
Tapi inilah dinamika, kata orang pintar...he he. Dan PAN menyebut Cak Imin berbelok tanpa kasih tanda sen/signal.
Walau berat, mungkin Anies juga menimbang bahwa kedewasaan politik ala cak Imin dan potensi eletoralnya beda jauh dengan potensi AHY.