Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Metafora Senja

Diperbarui: 19 Agustus 2023   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja adalah batas pertemuan kita sebelum kaki langit melangkah ke seberang. Waktu kemarin yang memudar dan hilang seakan membiak dalam catatan servoar baru, dalam catatan keyakinan keyakinan, dalam asa dan penyesalan.

Senja bukan setangkai bunga yang kuncup. Bukan kota kota yang menyala. Bukan pertikaian eksistensi. Bukan tulang yang berdenyut ngilu.

Senja adalah persinggahan keberadaan. Antara redup dan hidup. Antara gaduh dan gagah. Ia seperti cermin untuk memandang diri sendiri dan ayat ayat sekitarnya.

Hujan jatuh dan berlalu. Angin  hadir dan mengisi tekanan. Daun daun akan ditimpa senyap. Debu debu menanti embun. 

Dan senja akan beranjak dari batas kepala. Keinginan dan harapan harapan. Jalan jalan protokol temaram seperti memberi penyambutan. Anak anak kecil berlari di ujung lorong yang sempit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline