Tangan yang sepi menjangkau ujung malam. Mengambang pada tubuh yang limbung. Berdiri di halaman depan dan memandang bangunan kosong. Atap atap yang segera lembab oleh embun. Esok mungkin tak ada hujan.
Di sini tak ada bulan penuh yang menggantung. Tangan yang sepi di sebelah sana telah menariknya ke dalam tidur yang tenteram. Mungkin ada kisah menarik dari tengah kota tentang selegram yang dahaga eksperimen.
Jiwa yang hidup tak akan larut oleh malam. Tangan sepi tak akan mengoyak rindunya. Matanya adalah taman hujan di di kaki langit yang lembut.
Sepi hanyalah sebilah jendela saat engkau menyibak waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H