Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Pergi

Diperbarui: 20 Juni 2023   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku meninggalkan kota ibu. Pagi baru selesai sepi. Serpihan kenangan memancar di bawah kaki bukit di antara pohonan kelapa, pisang dan cengkeh.

Sepertinya aku hendak ke laut. Berdiri di dermaga. Mengembangkan layar. Membaca arah angin. Menghitung gerak gelombang dan rembulan.

Aku pulang menjenguk ibu. Juga ayah. Di rumah yang sudah tua.  Adik adikku telah tumbuh di antara pecahan hujan dan kemarau. Semua berteduh di dalam doa dan harapan.

Aku telah melewati pasang-surut. Sebagian bunga layu di taman. Aku menyusun daun daun dan ranting ranting muda. Setiap kita akan membangun kisahnya. 

Mimpi hanyalah batas kesadaran. Lelaki memang mesti pergi, tapi juga mesti kembali.

Kalimat terakhir seperti sayatan waktu sebelum senja yang gigil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline