Dalam satu kajian lesehan di maiyahan yang dikelola orang orang yang menjadi bagian Indonesia. Atau sebaliknya, Indonesia telah menjadi bagian mereka.
Mereka duduk bersama dan membaca peristiwa peristiwa batin dan sosial sambil tertawa dan atau menyimpan sedih sendirian.
Maiyahan mengajarkan kesetaraan yang proporsional. egaliter yang sepadan. Tokoh tokoh datang dan pergi. Tokoh tokoh hadir dan kadang berceloteh bersama dalam perkumpulan yang menyatukan rasa dan akal.
Maiyahan menjadi menenangkan. Mampu menyublim gejolak dari arus bawah karena mereka menemukan wadah.
Dalam wejangan maiyahan tersebut lah istilah Badan usaha milik negara. Yang disentil menjadi Badan usaha milik pemerintah.
Sehingga dari paradigma ini muncullah individu individu rakus yang merasa bahwa sebagai elit/pejabat ia berhak memiliki semua dan semaunya tanpa takaran yang berketuhanan.
Sayangnya...pejabat level itu tak akan sanggup duduk di maiyahannya Cak Nun.
Maka wajar kala Cak Nun menyinggung kekuatan firaun dan haman dalam skala kebangsaan kita.
Dan siapakah yang akan memenjarakannya kemudian?
Tak ada...sebab di maiyahan setiap.rang bebas mengungkap gejolak penderitaannya yang tak ditampungboleh negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H