Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Pagi-pagi Makan Kue Serabi

Diperbarui: 9 Oktober 2022   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi dingin sepi. Cakrawala membuka jeda. Sebelum pagi menjauh. Ada hasrat di kue klasik, mencicip kue serabi, kue apem yang khas, dibakar di atas perapian. 5000 dapat dua porsi. 

Lupakan hidangan pop kala pagi, lupakan hidangan siap saji dan makanan saset.

 Kita duduk sekejap dan antre, sebagian melepas pergi sambil berbelanja di pasar rakyat. Dan kembali dengan bungkusan serabi, 15.000an atau lebih banyak lagi. 

Tangan sang ibu yang mulai bergetar mengisi loyang satu persatu, memilah dan menjaga suhunya di atas tungku, api menjalar kecil, baranya memerah memberi hangat orang di dekatnya. 

Pagi masih dingin sepi. Tak ada hujan di sini, hanya temaram sahdu. Sebungkus serabi dengan 7 porsi siap dibawa pulang,  disantap dengan bismillah penuh syukur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline