Sulitkah Menulis Puisi?
====
Rerata kita sangat akrab dengan puisi. walau praktik dan apresiasinya masih terasa minim. puisi memang familiar, bukan karena ciri keindahannya saja, namun juga karena sistematikanya yang khas.
Kadang, kekhasannya itu yang membuat jarak dan terkesan ekslusif. walau tidak demikian.
Puisi masih memiliki ruang bebas kreasi dalam batasan lazim. ada puisi bebas, relatif tidak terikat, tergantung latar penyair dan orientasinya.
Secara prinsipil dan prosedural puitis, mungkin menulis puisi/menciptakan puisi tidaklah mudah. ada tahapan inkubasi/pengendapan ide yang lama. ini tergantung aspek personal penyair dan tema yang diangkat.
Tuan Chairil Anwar, pernah berminggu minggu untuk memilih satu diksi yang pas dan kental. demikian juga Pak Jokpin, pernah riset" tiga tahun untuk satu kumpulan buku puisinya.
Sebagai bagian dari sastra dan fiksi, puisi tentu saja memilki unsur imaji dan pembauran dengan realitas. dan puisi juga mewakili nilai nilai si penyair atau pandangan hidup secara umum.
jadi, realisasi puisi sebagai medium ungkap dan ekspresi, bisa berlangsung mudah dan cepat. bisa pula berlangsung lama. ada akumulasi pengalaman, pengamatan, pendalaman dan penghayatan.
Munculnya era sastra siber sejak tahun 2000an semakin memperluas daya jangkau puisi dan semakin bertumbuh pula perhatian khalayak terhadap puisi.
Jadi, apa yang tersulit dari menulis/mencipta puisi?
Dari citraan di atas, kesuitan lazim adalah, menata komposisi pada puisi dengan diksi yang ketat. namun ini tidak mutlak. yaitu ketika seorang ingin menghadirkan peristiwa dan pengalaman yang ia rasakan. dia memiliki tahapan pilihan untuk menjadikannya puisi.
Adapun kesulitan lainnya, adalah untuk TETAP MENULIS puisi tersebut dalam slot waktu yang kita rencanakan. ini mungkin tersulit. Namun, bisa terbantu bila kita bergabung di Kompasiana, akan besar ruang kemudahan untuk bisa terus menulis, walaupun sekali dalam sepekan.