Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Surat Musafir 2

Diperbarui: 7 Juni 2022   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rupanya surat ini sampai juga padamu. Waktu terut menyempit dan dada serasa sesak saat tak menerima balasanmu dengan segera. 

Lembaran elekronik telah menyingkat semuanya. Dan pertemuan kita makin singkat. Tanpa perjamuan. 

Kita bicara di lintasan,  dekat stasiun,  tentang kalengan cinta yang bocor (istilah Cak Nun).

Selain itu, tak ada lagi cerita tentang kita dan malam malam yang berat. Surat ini hanya sepersekian detik dari rindu yang tak pernah terungkap. 

Di sela sela waktu,  kita duduk sekejap, berkaca di telaga dan kembali  beranjak, berangkat, dan mungkin tak akan bersurat lagi.

BACA JUGA: surat musafir (1) :https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/61929ed69dc44601b0402e58/surat-musafir-aku-berjalan-di-tepian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline