Menikmati Puisi Rendra
====
Tiada yang menyangkal kiprah Rendra dalam perpuisian modern Indonesia. Para pakar tidak memasukkannya dalam angkatan manapun. demikian karena kebebasan diri dan autentitas karyanya dalam lintasan era itu, angkatan 45 sd 70 atau sebutan 90an.sebelum angkatan 2000. Herman JW memasukkannya dalam periode 50-60.
Kita masih ingat bahwa ia sempat menulis puisi perihal demontrasi mahasiswa tahun 1998 menjelang reformasi. Puisi yang sangat menyindir rezim yang kaku, korup dan kasar. Mereka tak bisa melawan air, katanya. air akan mengikis batu.
Wacana kebahasaan Rendra dan teknik metafor serta pengolahan idenya yang spontan- natural, memberi ruang dalam sebagian karya saya sendiri. Kadang itu saya sengaja, kadang pula terefleksi begitu saja.
Baca juga: Mengingat Rendra si Burung Merak (Alm)
===
Menikmati puisi/sajak Rendra seperti memasuki peristiwa samodra yang luas dan dalam. penuh magis, daya pikat, semangat dan perjuangan. konon, semua itu ia persembahkan sebagai cinta yang berbicara.
Kita tahu, cinta yang ia maksud bukan cinta tentang anggur dan rembulan, sebatas seksualitas, namun cinta yang mahaluas, tentang kehidupan dan perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebab menurutnya, tak ada guna seni dan puisi bila lepas dari perkara sosial kebanyakan.
Kenapa puisi Rendra tampak hidup? seperti saya singgung di atas, karena mata batin kepenyairannya begitu asli dan kental, sejak SMA ia telah menunjukkan bakatnya.
Selanjutnya karena ia menangkap semua kontekstualisasi peristiwa di sekitar kita. dia mengeksplorasi semua kekuatan bahasa untuk ide puisi dan pengembangan media ungkapnya.