aku teringat bu dosen
aku teringat bu dosen.
tak ada salah kan?
saat itu aku masih gagah
gesit dan low profile.
tak da salah kan.
kata orang,
ingatan membangun peristiwa
pun, kadang, ada peristiwa
yang menghidupkan ingatan.
tak.da yang salah. tergantung kesadaran.
jadi, selintas aku teringat bu dosen
dosen pendidikan dan kurikulum
dikenal tegas, disiplin, mungkin juga
tak ada kompromi.
ada beberapa kali aku telat masuk,
karena kampus jauh dan aku mesti
mengajar sejak paginya.
yah, memang terpaksa tidak ikut kuliah
setidaknya nilaiku B saat itu,
dan aku tidak menyontek.
lalu, tentang ibu dosen itu,
ada satu pandangannya tentang kurikuler sekolah, (saat itu belum muncul kurikulum berbasis kompetensi),
katanya, sekolah dengan segala kesibukan warga di dalamnya,
hanya mampu mengelola domain kognitif, pembelajaran akademik, menjajal isi buku. angka angka penilaian yang muncul berbau akademik, sangat sekolastik.
kinipun begitu, kognitivisme masih kental, walau ada upaya pembelaran menyeluruh, tapi tak utuh juga,
masih terjebak di ranah otak.
rasa, karsa dan karya orisinal
masih berat dioptimalkan.
agaknya, apa yang ditekankan ibu dosen tentang cerdas akademik,masih sangat menonjol di sekolah. padahal setiap siswa membawa potensi alami yang beda dengan waktu belajar tidak sama. Jadilah ia diskusi dan dilema perbaikan sekolah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H