Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Pengembara dan Sayap-sayap Perak

Diperbarui: 7 Oktober 2021   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

setelah menuruni cakrawala
seorang musafir memetik dahan pagi
yang hijau, lembut berembun penuh cerita sahdu dari malam yang jenaka.

dia melihat dirinya berlari
diantara pepohan kecil
menaiki sampan kecil
menyusuri laut kecil
ia ingin melihat horizon,
cakrawala yang ia suka.

berlembar lembar peristiwa
bagai gurun pasir yang sahaja,
kadang menyibak takut juga,
menyingkap dedebu kasar
dan geram.

Musafir, ia mengembara, ia membaca jejaknya di gurun gurun, di lereng lereng, di tepian sungai dan anak anak langit. dia menatap semesta seperti menatap dirinya, titik kosmos yang bergetar,
mengeja gravitasi, melintasi gelombang suara, merakit cahaya, sedikit demi sedikit.

Sesekali kepalanya membentur kekosongan, tertindih batu batu sepi. takut dan harap jadi sayap sayap perak.
dengannya si musafir terus mengermbara, melintasi ruang fisik dan seluk seluk batin, mengintai tepian paling tepi: fana dan takjub.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline