Periswa Hujan dalam Mata Mas Ali
Menurutku bukan hujan yang biasa
mungkin sama dengan hujan air mata,
tapi Mas Ali mencipta daya ungkap lain
tentang awan si bakal hujan yang segera tumpah, tak tertahan.
Hampir semua penyair, pencipta puisi menggambarkan hujan. Baik secara ekspresif ataupun impresif. Hujan selalu menjadi kenangan dan kisah abadi. Mungkin karena hujan adalah bagian dari proses awal semesta kita, jutaan tahun lalu, sebelum Adam.
Begitupun Mas Ali, ini bukan hujan yang baru. Tapi hujan selepas kemarau seminggu. Hujan tentang si Pipi Merah yang menyimpan kenangan.
Hujan itupun membincangkan rindu, dera yang hebat, nalar yang tersumbat dan kelakar yang tak lagi terbit.
Agaknya, peristiwa hujan dalam mata Mas Ali adalah tentang si Pipi Merah, yang kini menyisakan gerimis: semoga jadi rahmat dan penyubur kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H