Pengalamanan dan peristiwa
telah berteman sejak lama.
Dari pertemuan keduanya
puisi bermula,
membentuk rupa
membelah makna
lalu menyisir realitas bendawi
dan kehalusan jiwa.
Bahasa dan kata
adalah perangkat
kemanusiaan kita.
Sejak Adam Dicipta
Ia telah belajar benda benda
dengan segenap fungsi dan makna.
Sampailah ke Idris
dan Nuh
lalu ke zaman kita pula.
Bila puisi itu mengandung
sejumput saja kebenaran,
ia dapat mewarisi titah kenabian,
begitu kata Sir Iqbal dari Pakistan.
Adapun kebenaran relatif
yang dikandung filsafat
hanyalah kebenaran
untuk dirinya sendiri.
Bukan kebenaran
yang datang dari
Satu Pengertian.
Dari wujud kebenaran ini
mekarlah cinta yang menjadi
panggung segala pujian,
dari ujung kelopak
yang mekar tadi
tampaklah hasrat terdalam
dari puisi yang akan
muncul kemudian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H