Lihat ke Halaman Asli

Status Sosial

Diperbarui: 20 September 2016   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya ini boleh dibilang seorang pengangguran. Kerjaan nggak jelas tetapi syukur kepada Tuhan, hidup selama ini sama sekali nggak ada kekurangan. Kekurangannya hanya satu yang paling menyolok, yaitu status sosial. Entah kenapa setiap kali bertemu dan ngobrol sama orang, ujung-ujungnya selalu ditanyai "kerjanya dimana?" Apakah penting untuk selalu menanyakan pekerjaan orang lain? Terus terang pertanyaan semacam ini membuat saya menjadi minder. Dulu sih saya suka mengarang jawaban seperti "wiraswasta" atau "dulu pernah kerja si sini" dan seterusnya.

Tapi lama-lama capek juga. Menurut saya pertanyaan semacam ini menjurus ke pertanyaan pribadi yang bisa membikin orang lain tidak nyaman. Melanggar privasi seseorang dan cenderung kurang sopan. Entah kenapa di negeri ini pertanyaan semacam ini justru menjadi suatu kebiasaan dan justru dianggap suatu kenormalan. Bukankah masih banyak obrolan lain yang bisa dilakukan selain membahas pekerjaan lawan bicaranya?

Terus kira-kira apa yang ada di pikiran seseorang dengan menanyakan pertanyaan semacam itu? Misalnya ibu-ibu rempong yang selalu bertanya ke ibu-ibu lainnya "suaminya kerja di mana jeng?" Saya hanya bisa mengira-ngira tujuan si emak-emak menanyakan pekerjaan suami orang, yaitu untuk menetapkan status sosial.

Jika ternyata si suami orang lain dirasa lebih rendah status sosialnya, maka si ibu penanya akan meletakkan dirinya di atas si ibu tertanya. Dengan kata lain menuntut penghargaan dan penghormatan lebih. Sebaliknya jika ternyata suami si ibu tertanya dirasa lebih tinggi status sosialnya, maka si ibu penanya akan berusaha untuk menjaga sikap. Berbaik-baik dengan si ibu tertanya, siapa tahu kelak butuh bantuannya. Yang manapun itu jelas ini bukan cara yang baik dalam bersosialisasi yang tulus.

Marilah sedikit berbicara tentang agama. Agama mengajarkan derajat manusia adalah sama. Di hadapan Tuhan tinggi rendah derajat manusia ditentukan oleh keimanannya. Status sosial di dunia jelas tidak ada hubungannya sama sekali dengan status sosial kelak di akhirat sana. Orang kaya berkedudukan tinggi yang masuk neraka pasti banyak. Pelacur hina yang mengorbankan nyawanya untuk memberi minum seekor anjing justru masuk surga. Jadi apa gunanya menanyakan pekerjaan orang lain jika tujuannya hanya untuk menimbang-nimbang status sosialnya? Ini sangat menjijikkan. Sekali lagi, bukankah masih banyak obrolan lain yang jauh lebih bermanfaat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline