Kemajuan teknologi dan pengetahuan adalah contoh dampak positif humanisme yang mengajarkan tentang kebebasan manusia dalam bertindak. Humanisme menekankan harkat, peran, dan tanggungjawab manusia. Menurut humanisme, manusia mempunyai kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih dari mahluk lainnya karena mempunyai rohani. Namun, apakah semua penerapan ilmu manusia ini sudah baik? Pada tahun 1942, Adolf hither telah membunuh jutaan orang yahudi pada peristiwa Holocaust. Tidak berhenti sampai disitu, pada abad ke-20, manusia yang bergerak dengan nafsu mulai menghancurkan bumi dan mengabaikan hak orang lain untuk meraup keuntungan bagi dirinya sendiri. Fanatisme, kekerasan, dan keserakahan menimbulakan perpecahan. Lalu, adakah cara sederhana untuk menghentikan ini semua? Ya, berpuasalah selama 29 hari berturut-turut di Bulan Ramadhan.
Orang-orang pasti memandang tidak masuk akal apabila bulan Ramadhan dikaitkan dengan dengan humanisme. Kebanyakan orang hanya berpuasa dari makan dan minum di siang hari tanpa mengetahui apa sebenarnya hikmah puasa Ramadhan. sehingga setelah Ramadhan berakhir, tidak ada perubahan perilaku dan gaya hidup mereka. Bahkan fenomena yang sering terjadi saat ini adalah perilaku boros yang semakin menjadi-jadi ketika bulan Ramadhan, terutama menjelang Idul Fitri. Lalu, apakah hikmah puasa Ramadhan yang sebenarnya?
Pertama, puasa merupakan ungkapan rasa syukur atas berbagai nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan bersyukur, seorang dapat menahan nafsu dan sifat rakus dalam dirinya. Seorang yang bersyukur akan selalu merasa bahagia terhadap apa yang dimilikinya, meskipun dalam jumlah sedikit. Rasa cukup tersebutlah yang akan menahan hati untuk tidak bersifat sekarah dan apatis.
Hikmah puasa selanjutnya adalah melatih diri dalam mengendalikan nafsu syahwat. Dalam keadaan lapar, berbagai nafsu bisa ditekan. Pengendalian hawa nafsu yang dilakukan secara konsisten diharapkan dapat menjadikan setiap pribadi sadar bahwa bertindak sesuai nafsu adalah salah.
Ketiga, puasa akan menyadarkan kita akan penderitaan orang-orang miskin. Saat berpuasa, seorang merasakan lapar dan dahaga, sebagaimana yang sering dirasakan oleh orang miskin. Kembali ke humanisme yang mengatakan bahwa manusia pasti memiliki sifat empati. Apakah masih tega, seorang pejabat untuk korupsi? Apakah pengusaha tambang akan semakin serakah, dengan pertambangannya yang merusak kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan? Tentu saja tidak, bila Ia merasakan hikmah puasa yang dijalaninya.
Kesimpulannya, puasa Ramadhan bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. Puasa juga memiliki banyak manfaat bagi jasmani maupun rohani kita. Selain menjadikan tubuh semakin sehat, Bulan Ramadhan adalah waktu terbaik bagi kita untuk mulai membentuk diri menjadi manusia yang baik. Perilaku baik yang konsisten dapat menjadi kebiasaan yang dapat membentuk karakter manusia yang sebenarnya, yaitu bertanggungjawab, peduli, empati, serta toleransi. Dengan karakter yang baik, maka penyimpangan humanisme dapat hilang sedikit demi sedikit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H