Tulisan merupakan makalah yang disampaikan dalam acara Dialog Breakfast Pusat Studi Qur'an (PSQ)-Ciputat
8 September 2004, bersama Prof.Dr.Quraish Shihab dan Prof.Dr.Nazaruddin Umar, MA
Dialog Breakfast Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ)-UIN Jakarta, 8 September 2004.
Dialog Breakfast Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ)-UIN Jakarta, 8 September 2004.
TANTANGAN NEUROSAINS MENGUAK MISTERI MANUSIA
Sumbangan untuk pemahaman al-Qur’an[1]
Taufiq Pasiak[2]
Dia yang mengenal dirinya
Akan mengenal Tuhannya
(Hadits)
Bukan kebetulan jika terbitnya buku De humani corporis fabrica Libri Septem,buku anatomi pertama karya anatom Andreas Vessalius, bersamaan waktunya dengan publikasi buku De revolutionibus Orbium coelestium,karya Nicolaus Copernicus. Kedua buku yang terbit pada 1543 membawa revolusi besar dalam pemahaman atas dunia, baik mikrokosmos (manusia) maupun makrokosmos (alam semesta). Di kalangan astronom buku Copernicus memberi inspirasi yang sangat kuat untuk menjelajah alam semesta yang kemudian meluaskan lapangan pengetahuan manusia tentang alam semesta. Buku Vessalius—yang dibuatnya berdasarkan penelitian pada mayat-mayat narapidana yang dihukum gantung—membuka lebar pengetahuan manusia tentang diri biologisnya. Vessalius menggambar otak manusia berdasar apa yang ditemuinya pada mayat-mayat tersebut. Tidak seperti neurosaintis jaman moderen yang sudah berbicara pada level molekuler dan seluler, Vessalius baru sampai pada tahap makroanatomi.