Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Nur Azis Smart

Terus memberi manfaat

Urgensi Pembelajaran Jarak Jauh

Diperbarui: 6 Agustus 2020   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

diambil dari buku Gary A. Berg

Sejak meledaknya pandemi covid19 diseluruh penjuru bumi, pembelajaran jarak jauh menjadi solusi dan alternatif agar pembelajaran tetap dilaksanakan dan tidak berhenti karena wabah covid19. Istilah pembelajaran jarak jauh dalam bahasa inggris disebut dengan istilah "distance learning". 

Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan instrukturnya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. 

Distance learning (pembelajaran jarak jauh) dapat dilakukan dengan cara blended learning atau online learning.  Pembelajaran jarak jauh hanya terbatas pada penyampaian informasi (pengetahuan) tidak lebih dari itu. Sehingga yang menjadi urgensinya adalah apakah kebutuhan anak dalam belajar hanya terbatas pada ilmu pengetahuan. Disini saya mengkritisi bahwa jika pembelajaran hari ini hanya penyampaian saja maka akan ada banyak kesenjangan sosial bahkan masalah sosial di masyarakat. Karena pembelajaran jarak jauh tidak bisa mengajarkan akhlak (integritas). 

Untuk itu menurut penulis ada beberapa yang tidak dapat diajarakan dalam pembelajaran jarak jauh, sebagai berikut:

1. Integritas (Akhlak) - "Banyak Orang Pintar, Tapi Sedikit Orang Yang Memiliki Integritas", inilah yang menjadi masalah besar yang dihadapi Indonesia pasca covid19 akan berakhir atau tetap ada dan tidak akan ada akhirnya ( tidak akan kembali seperti sediakala). Kita semua mengetahui bahwa integritas itu adalah keteladanan pendidik. Sehingga apabila pembelajaran jarak jauh maka figur keteladanan pendidik tidak dapat dilihat (dicontoh) oleh siswa atau peserta didiknya. 

2. Tolak ukur keberhasilan pembelajaran jarak jauh- sampai detik ini penulis melakukan research, analisis dengan berbagai literasi jurnal dan buku belum penulis temukan apa indikator dan tolak ukur seorang siswa berhasil dalam pembelajaran jarak jauh.

3. Bakat Anak - sejenak kita berfikir jika pembelajaran secara face to face untuk menemukan apa potensi atau bakat anak (siswa) saja cuku p bahkan sulit apalagi kondisi saat ini, mungkinkah bakat dan potensi anak dapat ditemukan dan dikembangkan oleh pendidik atau orangtua.

4. Infrastruktur - baik perangkat atau pun koneksi internet. banyak wilayah indonesia yang belum tersentuh dengan koneksi internet bahkan ironisnya ada yang tidak memiliki perangkat. bahkan lebih dari itu ada sebagian wilayah Indonesia buku pendukung pembelajaran saja kadang tidak sampai ke tangan mereka yang ada dipedaalaman. artinya apa pembelajaran jarak jauh tidak bisa menjadi solusi bagi sebagian wilayah di Indonesia.

5. Pengeluaran (over cost), dari beberapa literatur yang pernah saya baca bahwa dengan adanya pembelajaran jarak jauh dapat mengurangi cost (pengeluaran uang) tetapi fenomena yang terjadi dimasyarakat salah satunya penggunaan kuota internet berlebih untuk pembelajaran jarak jauh (daring). Sehingga banyak orangtua mengeluh terhadap pengeluaran mengalami ledakan besar dibandingkan dengan hari-hari biasa sebelum covid19 dan sebelum diadakannya pembelajaran jarak jauh.

Opini tentang pembelajaran jarak jauh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline