Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Lolo

Penulis Lepas

Memilih Pasangan Ideal: Introvert atau Extrovert?

Diperbarui: 2 Juli 2020   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari pasangan ideal merupakan topik yang selalu menarik. Asmara dan pasangan terbaik adalah sesuatu yang selalu kita inginkan. Apakah salah? Tentu sangat tidak salah. Sudah menjadi naluri manusia untuk menginginkan kebahagiaan hubungan dan menolak penderitaan. kebahagiaan dalam hubungan berhubungan erat dengan karakter kita dan pasangan.

Dua karakter yang umum kita kenal dan memiliki perbedaan yang cukup mendasar, bahkan cenderung bertolak belakang yaitu introvert dan extrovert. Introvert diidentikkan dengan seseorang yang pendiam, suka menyendiri, tidak terlalu suka bergaul dan hal-hal yang bersifat individual lainnya.

Sedangkan extrovert merupakan kebalikan sifat dari introvert, ia lebih sosialis, ramah, supel, suka berbicara dan menjadi pusat perhatian serta memiliki banyak teman.

Dengan konotasi tersebut, introvert sering dipandang karakter negatif dan extrovert sebagai karakter positif. Padahal tidak selalu begitu, selama ia berada pada porsi yang pas ia akan memberikan efek selalu positif. Sebaliknya, jika porsinya berlebihan ia akan selalu berdampak negatif, baik itu introvert maupun extrovert.

Soal positif-negatif karakter introvert-extrovert akan kita bahas di bab lain, karena sudut pandang kali ini  adalah bagaimana karakter-karakter tersebut sebagai pasangan. Siapa yang lebih baik? Kebetulan penulis pernah memiliki beberapa hubungan dengan pasangan yang masing-masing memiliki kepribadian tersebut. Jadi tulisan kali ini akan berangkat lebih banyak dari pengalaman pribadi penulis.

Pada saat menjalani hubungan dengan seorang extrovert, penulis akui hubungan itu terasa menyenangkan dan hangat. Interaksi terasa nyambung, seru tanpa berhenti. Kita bisa membahas apa saja, menghabiskan waktu berjam-jam mendiskusikan segala hal, melakukan berbagai hal karena semua terasa jadi menyenangkan karena pembawaannya yang memberi energi positif. Bersosialisasi dengan orang lain pun terasa mudah karena ia bisa menghilangkan kecanggungan.

Ia terasa seperti sosok yang akan bisa terus asyik sampai waktu yang cukup lama. Pengalaman berbeda penulis alami ketika berhubungan dengan seorang introvert. Suasana kadang menjadi cukup canggung, kadang kesulitan untuk saling mengerti karena tidak semua bisa didiskusikan apa adanya. Hubungan kadang terasa sedikit dingin karena tidak ada interaksi yang begitu konstan bahkan ketika usia hubungan sudah berlangsung cukup lama.  

Uniknya, meskipun hubungan terasa dingin dan agak kaku, tapi bersama seorang introvert, kadang ia bisa "menyentuh" perasaanmu dengan cara uniknya. Introvert adalah pemerhati yang cukup detail sehingga ia cukup ahli memberikan "pukulan mematikan" yang melelehkan hatimu.

Seorang extrovert bisa memperhatikanmu secara konstan tapi biasanya tidak intens, sedangkan introvert tidak selalu bisa menunjukkan perasaannya, tapi ketika ia menunjukkannya, kita tidak bisa melakukan apapun selain jatuh cinta lagi dan lagi padanya.  

Masalahnya, baik bersama extrovert maupun introvert, hubungan itu berakhir dengan ujung yang sama, kandas. Dengan extrovert, hubungan itu berakhir karena semakin lama semakin terlihat bahwa hanya dunianya yang ia pedulikan. Mimpinya adalah yang kami bahas, masalahnya adalah yang kami diskusikan, bukan mimpi kita.

Masalah tersebut juga terjadi dengan introvert. "apa masalahmu, apa mimpimu, berceritalah" adalah diksi yang sering sekali terucap bersamaan dengan suara "sekali-kali cobalah pertanyakan aku, masalahku, mimpiku dalam kalimatmu" dari dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline