Lihat ke Halaman Asli

TAUFIQ HANAFI

Penggila Multimedia, dan bagian kecil dari Universitas Muria Kudus

Tim PKM PM UMK Lolos Pendanaan 2023 Bagikan Pengalaman Pop-Up Book terintegrasi VR bagi Anak Tunagrahita SLBN Cendono Kudus

Diperbarui: 22 September 2023   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim Pengabdian - Dokpri

Salah satu jenis penyandang disabilitas adalah tunagrahita. Tunagrahita memiliki banyak terminologi, seperti mental retardation, mental deficiency, mentally handicapped, feebleminded, dan mental subnormality. Data Komnas Perempuan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah kekerasan naik menjadi 79% dibandingkan 2018 dengan kasus pelecehan seksual terbanyak pada ABK dengan Disabilitas Intelektual (DI/Tunagrahita) yakni sebanyak 47%. Sama halnya dengan kasus kekerasan oleh perempuan mencapai 87 

kasus kekerasan terhadap perempuan dengan jumlah korban kekerasan seksual tertinggi adalah perempuan penyandang disabilitas intelektual sebanyak 41 korban atau persentasenya sebanyak 47%. (Komnas Perempuan, 2021). Sedangkan data DATA Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) 2021 menunjukkan, telah terjadi 987 kasus kekerasan terhadap anak penyandang disabilitas yang dialami 264 anak laki-laki dan 764 anak perempuan (Perempuan, 2022).

Menurut Farakhiyah, Raharjo, dan Apsari pada dasarnya anak tunagrahita memiliki kebutuhan yang sama dengan anak normal lainnya, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan seks (Simanjuntak and Mahmudah, 2021). Namun karena anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam mengendalikan diri terhadap pemilihan mana yang baik dan yang buruk maka mereka rentan untuk mendapatkan pelecehan seksual. Pendidikan seks merupakan pendidikan yang berkaitan dengan proses penyampaian informasi dan pembentukan sikap mengenai seks atau kelamin, identitas diri atau jenis kelamin, serta keintiman yang mengarah pada kedekatan (Simanjuntak and Mahmudah, 2021). 

Untuk menghadapi masalah terhadap anak tunagrahita ini, kami sebagai mahasiswa Universitas Muria Kudus memberikan ide penyelesaian melalui pengajuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diadakan oleh Pemerintah Kemdikbudristek yang juga merupakan bagian dari program Merdeka Belajar yaitu Program Kreatifitas Mahasiswa bagian Pengabdian Masyarakat. Tim kami biasa disebut dengan Tim Sewagati Cendono yang berisikan Josephine Gabriella sebagai ketua tim, Isnaini Khalimatus Sa'diyah sebagai anggota tim 1, Diah Murtiningsih sebagai anggota tim 2, Ahmad Aufan Nur Hakim sebagai anggota tim 3, dan Clirista Trefilona Grasialika sebagai anggota tim 4. Dengan adanya program PKM-PM ini, kami bisa dengan maksimal memberikan pengabdian kami di SLBN Cendono Kudus yang kami ajak sebagai mitra kami. 

SLB Negeri Cendono Kudus merupakan sekolah yang menaungi kegiatan pendidikan untuk anak anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini terletak di Dusun Madu, Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Berdasarkan letak geografis wilayah, dan jauh dari jalan raya padat kendaraan yang dapat 

membahayakan para peserta didik. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1984 yang pada tahun ajaran pertama yaitu tahun 1984/1985 memiliki 21 peserta didik. Dari tahun ke tahun jumlah peserta didik di SLB ini mengalami kenaikan. Pada tahun ajaran 2022/2023 memiliki 45 orang peserta didik dengan bermacam-macam ketunaan seperti tunarungu, tunagrahita, tundaksa, dan autis.

Berdasarkan hasil survei melalui wawancara dan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cendono Kudus, para guru hendak melakukan pendidikan seks bagi peserta didik mereka tapi untuk saat ini masih disosialisasikan kepada para guru saja karena mereka masih belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan kepada peserta didiknya. Di SLB Cendono terdapat 45 peserta didik dengan jumlah tunagrahita 26 peserta didik. Untuk itu kami akan melakukan pengabdian melalui sebuah program yaitu "Sex Education Anak Tunagrahita Melalui Media Pop Up Book yang Terintegrasi VR Video di SLBN Cendono Kudus" kepada para guru di sana untuk mempermudah para guru memberikan pendidikan seks kepada peserta didik tunagrahita di sekolah tersebut.

Tim Pengabdian - Dokpri

Tim Pengabdian - Dokpri

Pop-Up Book merupakan inovasi dalam bentuk buku yang mampu menampilkan potensi dan isi buku tersebut melalui desain tiga (3) dimensi yangdimunculkan melalui penggabungan lipatan, gulungan, maupun putaran (Umam, Bakhtiar and Iskandar, 2019). Media ini nantinya akan di isi dengan gambar-gambar kartun yang lucu dan berwarna, kemudian di akhir halaman akan diberikan Kode QR yang apabila di scan akan terintegrasi ke website. Di website tersebut akan menampilkan VR Video yang berisi gambar dan penjelasan secara audio visual agar peserta didik lebih paham terkait dengan pendidikan seks. Setelah diberikan media pembelajaran tersebut, peserta didik akan diberikan games yang berhubungan dengan pendidikan seks tersebut agar mereka dapat lebih paham dan lebih bisa menjaga diri. Kemudian, peserta diminta memberi tanggapan dengan diajak bercerita tentang pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline