MENJELANG HARI IBU, saya malah menjadi rindu, sekali lagi pada kampung halaman di Sukagalih, Garut. Apa yang saya rindu? Adalah permainan anak-anak pada masa itu, yang mungkin kini banyak ditinggalkan oleh anak-anak modern. Dan tidak dikenalkan oleh orang tua mereka. Parahnya semakin banyak anak-anak asyik bermain dengan handphonenya masing-masing.
Nah, untuk mengobati kerinduan saya ini, saya ingin menuliskan beberapa jenis nama-nama permainan dengan sedikit penjelasannya. Mudah-mudahan jadi bahan renungan bersama tentang pentingnya aktivitas fisik berupa permainan bagi anak-anak.
- Alap-alap, permainan ini biasanya dilakukan di halaman yang cukup luas karena biasanya dimainkan oleh banyak anak-anak... dan dilakukan sambil bernyanyi...
- Alung boyong, permainan ini mirip voly hanya saja bolanya dari kain yang sudah lusuh...
- Bébéntangan, permainan yang dilakukan dengan jalan saling menangkap dengan jalan disentuh tetapi yang jaga harus tetap mempertahankan benteng yang biasanya berupa batu ataupun pohon agar tidak disentuh oleh yang tidak jaga.
- Bubuyungan, ini permainan tebak-tebakan dalam grup, biasanya dua grup, nah masing-masing grup harus menyembunyikan batu di salah satu anggotanya dan salah satu grup harus menjawab di tangan yang manakah batu itu disembunyikan...
- Cacaburangé, permainan ini bisa dilakukan di dalam ruang karena tidak memerlukan banyak orang. Dua saja cukup, salah satunya jadi kucing atau jaga, mempertahankan batu, kalau batunya bisa diambil maka dia terus yang jaga, kalau tidak berhasil maka giliran dia yang berusaha mendapatkan batu itu. Biasanya batunya digenggam...
- Dan masih banyak lagi seperti ambil-ambilan, anjang-anjangan, Béklén, boy-boyan, Cingciripit, Dam-daman, Congklak, Endog-endogan, Éngklé, Gatrik, Gugunungan, dan lain-lainnya.
Kalau dipikir-pikir, permainan zaman baheula itu menuntut aktivitas fisik yang memang bagus bagi kesehatan, itulah mengapa kalau diperhatikan anak-anak zaman dahulu atau di kampung-kampung yang aktif bermain dengan daya aktivitas fisiknya tidak mengalami kegemukan apalagi obesitas. Berbeda sekali dengan di kota atau kawasan urban. Semakin banyak saja anak-anak yang kegemukan dan obesitas. Sialnya itu dikatakan kemakmuran, padahal bahaya mengancam. Belum lagi anak-anak kota malas olahraga. Duh, seharusnya permainan daerah itu tetap lestari tidak hanya di buku pelajaran, tetapi memang dilazimkan oleh anak-anak. Dan para tetuanya mengajarkannya... utamanya guru-guru di taman kanak-kanak, sebagai ujung tombak... mendidik di masa emas anak-anak... Saya pribadi dulu senang bermain Sépdur, permainan berupa anak-anak yang membentuk kereta dan ada yang jaga dua orang sebagai pintu gerbang kereta, mereka semua berputar dan memasuki pintu sambil bernyanyi... diakhir lagu gerbong paling belakang akan tertangkap... Bagaimana dengan Anda, kaulinan budak yang seperti apa yang pernah Anda lakukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H