Tanggal 10 November diabadikan sebagai hari pahlawan, hari untuk menghormati pahlawan pejuang kemerdekaan. Tahukah bahwa bangsa Indonesia memiliki pahlawan yg sebelum berjuang di medan pertempuran beliau berjuang di ruang kelas menjadi pendidik ? Ya beliau adalah Jenderal Soedirman seorang guru di HIS Muhammadiyah Cilacap dan menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Indonesia merdeka. Berikut perjalanan hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Awal kehidupan dan Pendidikan
Jenderal Soedirman lahir 24 Januari 1916 di Desa Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga dari pasangan Karsid Kartawiraji dan ibunya Siyem. Beliau lahir dari keluarga sederhana dengan ayah seorang buruh di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya keturunan Wedana Rembang. Karena kondisi keuangannya lebih baik, beliau lebih sering tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokro Sunaryo.
Soedirman mendapatkan pendidikan formal dari HIS (hollandsch inlandsche school) dan pindah ke sekolah taman siswa. Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikannya ke sekolah guru di HIK Muhammadiyah walaupun tidak selesai. Selama pendidikan disana beliau aktif di kegiatan organisasi pramuka hizbul wathan.
Masuk militer dan berjuang untuk kemerdekaan
Pada tahun 1942 saat pendudukan Jepang di Indonesia, beliau bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikannya beliau diangkat menjadi komandan batalyon di Kroya dan setelah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk beliau menjadi Panglima Divisi V/Banyumas. Selanjutnya beliau juga diangkat menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI).
Setelah Indonesia memroklamasikan kemerdekaannya, beliau memimpin pasukan dengan perang gerilya untuk mengusir penjajah. Ia terlibat melawan tentara Inggris dan Belanda.
Perang Palagan Ambarawa dari bulan November sampai Desember 1945 melawan pasukan NICA Belanda dan Inggris merupakan perang besar pertama yang beliau pimpin. Karena keberhasilan yang diraih pada pertempuran tersebut Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno melantik beliau menjadi Jenderal
Kebiasaan Jenderal Soedirman
Selain sifat beliau yang dikenal memiliki semangat pantang menyerah, beliau juga dikenal rajin beribadah. Hal tersebut dapat dilihat dari tergambar dari bekas kediamannya yang telah diubah menjadi Museum Sasmitaloka Panglima Jenderal Besar Soedirman. Terdapat sajadah dan krekel yang digunakan beliau untuk beribadah di samping tempat tidurnya.
Terdapat tiga kebiasaan beliau yang baik dalam beribadah. Pertama beliau selalu menjaga dirinya dalam keadaan berwudhu. Kedua jika wudhunya batal maka beliau akan kembali bewudhu meskipun belum masuk waktu shalat. Ketiga, beliau menjaga wudhu dan ketika mendengar suara adzan beliau langsung melaksanakan shalat baik saat dalam keadaan perang gerilya maupun saat
Pada tanggal 29 Januari 1950 beliau wafat akibat menderita TBC. Beliau dimakamkan sekedaan sakit.
Wafat dan penghormatan
Cara prosesi mikiter dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997 beliau dianugerahi gelar Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H