Samalanga adalah sebuah kecamatan yang terletak diujung barat kabupaten bireun provinsi ACEH, daerah ini sebenarnya banyak menyembunyikan peningalan sejarah yang terjadi di kota kecil ini muali dari makam raja-raja seberang, masjid yang didirakan oleh sultan Iskandar muda, hingga menjadi basis pertahanan saat melawan colonial Belanda. Samalanga juga dikenal sebagai kota santri karena dikota ini merupakan salah satu basis dayah/pesantern yang mencetak kader-kader ulama Aceh. Tak heran jika berkunjung ke kota ini kita lazim menemukan tengku-tengku yang mengenakan sarung dan pecinya , begitu juga dengan perempuan-perempuan memakai cadar.
Uniknya letak samalanga yang pas berada ditengah-tengah antara pantai dan dan sawah membuat pemandangan yang sangat indah, jika kita mengunjungi pantainya kita bisa melihat hamparan sawah yang diakhiri dengan gunung barisan yang berdiri gagah sepanjang pulau Sumatra, ini menjadikan mata pencaharian utama di kota ini tidak berfokus pada satu sector.
Dalam hal Syariah khusus nya di samalanga kita masih dapat menjumpai adat-adat setempat yang kental dengan budaya islam. Hal ini tidak terlepas dari peran-peran dayah dan para ulama yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan transfer ilmu pengetahuan .
Dayah adalah sebuah Lembaga ilmu pengetahuan yang menampung para penuntut ilmu untuk belajar disana, biasanya dayah dipimpin oleh seorang ulama yany sering disebut dengan Teungku, Abon, Waled, dan lain sebagainya. Diperkirakan dayah sendiri lahir mengikuti perkembangan Islam diAceh yakni semenjak 1012-1059, dayah juga diyakini sebagai Lembaga Pendidikan islam pertama di AsiaTenggara. Dalam sejarah dayah yang sangat Panjang dayah telah melahirkan banyak pahlawan yang mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara seperti Teungku Chik Di Tiro, Teungku Chik KUta Karang, Teungku fakinah, dan masih banyak lagi.
Samalanga menjadi salah satu tempat dimana dayah-dayah masih kita jumpai disetiap sudutnya, samalanga merupakan tempat rujukan dimana para penuntut ilmu agama ingin mengali dan mendalami ilmu agama, disamping perembangan ilmu pengetahuan ini ada satu aspek yang sangat dirasakan dengan hadirnya para penuntut ilmu yakni aspek ekonomi, kehadiran dayah untuk aspek ekonomi bagaikan symbiosis mutualisme dimana dayah memerlukan bahan-bahan pokok untuk kebutuhan santrinya dan untuk masyarakat disana mendapat penghasilan tambahan dengan kedatangan para penuntut ilmu.
Kita ambil contoh dayah MUDI MESRA dimana didayah ini menampung+- 2000 santri, kehadiran santri ini tentunya akan sangat berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat melalui meningkatnya jumlah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk kebutuhan santri, hal ini tentunya akan meningkatkan volume perdagangan masyarakat sekitar, secara tidak langsung dampak yang dapat dirasakan adalah dengan berkembangnya asset masyarakat.
Dalam pertanian persawahan sering dijumpai kerja sama antara pemilik kebun dan pengelola dengan skema muzarah dan mukhabarah, biasanya pemilik lahan dan pengelola hanya mengandalkan rasa kepercayaan satu sama lainya tanpa adanya perjanjian diatas kertas
Disaat panen tiba biasanya para pemilik lahan ketika selesai menjumlahkan hasil panennya mereka langsung menyisihkan zakatnya langsung disawah, biasanya mereka langsung membagi zakatnya secara personal atau dengan langsung memangil orang yang berhak untuk mengambiil haknya, mereka biasa mengutamakan tetangga yang masuk kategori fakir atau miskin, namun jika pemilik tidak bisa menghitungnya dia akan memangil tengku dayah untuk menghitung berapa zakat yang harus dibayarkannya dan menyerahkan pembagianya kepada tengku tersebut.
Tidak membayar zakat menjadi satu hal yang sangat tabu dikalangan para petani disana, mereka sadar bahwa zakat adalah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dimana manfaatnya bukan hanya untuk petani melainkan manfaatnya juga dirasakan bagi para penerima zakat tersebut, para petani disana menggangap tidak membayar zakat sama dengan mengundang bencana, pola pikir seperti ini mungkin terbentuk dari ajaran-ajaran islam yang ditanamkan sejak dini melalai peran dayah-dayah yang mengakar di masyarakat disana.
Di sana kita masih menjumpai khauri blang di mana khauri blang di sini adalah sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada ALLAH SWT atas kenikmatan yang telah diberikannya, pada khauri blang tersebut biasanya masyarakat akan berbondong membawa bekal makanan serta mengundang anak-anak yatim dan fakir miskin untuk makan Bersama mereka.
Disaat anda membeli suatu barang anda akan menemukan pengucapan akad secara lansung oleh pembeli yakni ijab dan qabul hal ini tidak terlepas dari pengaruh mazhab syafii yang kental dan masih dipegang erat oleh masyarakat samalanga, mereka biasanya mengunakan lafaz Bahasa Aceh seperti contoh ijabnya ka long peblo kegata sikin nyoe ngen harga RP90.000 (aku jual pisau ini untuk mu seharga RP90.000) dan pembeli bisa mengatakan ka long terimeng (sudah saya terima) atau dengan mengatakan get (ya).