Gambar mahasiswa yang sedang mencari materi pembelajaran
Relasi yang pertama relasi kebertubuhan, atau relasi yang menumbuh. Jadi pada saat kita menggunakan teknologi telpon misalnya, di saat kita menggunakan kacamata, seolah-olah handphone, kacamata, itu menyatu dengan tubuh kita. Kita tidak menyadari bahwa benda-benda itu adalah sesuatu yang berbeda dengan tubuh kita. Sehingga relasi kita manusia, teknologi dan dunia. Jadi teknologi dan manusia menjadi satu, lalu mengobtifikasikannya terhadap dunia dan memahami dunia. Itu relasi yang pertama.
Kemudian relasi yang kedua adalah relasi hermeneutik. Jadi bahwasanya dengan teknologi, kita membaca hasil teknologi dan menafsirkannya. Ini berbeda dengan relasi yang pertama kalau tadi menumbuh dengan kita maka relasi hermeneutik ini sudah mengambil jarak dengan teknologi. Misalnya hasil investigasi kita terhadap virus-virus yang kecil setelah di amati menggunakan mikroskop. Kemudian kita menginterpretasi terhadap benda-benda itu. Relasi ini di sebut relasi interpretasi.
Lalu kemudian relasi yang ketiga adalah relasi keberlainan. Ini terjadi ketika alat teknologi yang kita gunakan mengalami kerusakan. Baru kita menyadari bahwa teknologi itu terpisah dari kita. Teknologi itu adalah sesuatu yang lain dari kita. Bukan sesuatu yang transparan pada diri kita.
Yang ke empat, relasi latar belakang. Relasi yang keempat ini teknologi menjadi sesuatu yang memantik di mana manusia hanya menjadi bagian dari teknologi. Contohnya pada saat kita menggunakan AC, setelah AC itu kita nyalakan maka AC itu akan bekerja dengan otomatis tanpa kita harus terus menerus menyalakan dan bekerja untuk menyalakan AC tersebut. Atau pada saat kita menyalakan TV, setelah kita menyalakan TV maka kita biarkan TV itu untuk menyala. Ini di sebut sebagai relasi latar belakang di dalam kajian filsafat teknologi.
Dengan bebagai pembahasan sebelumnya ada beberapa paham yang muncul. Ada yang mengatakan bahwa teknologi terhadap manusia itu adalah menentukan, yang di sebut dengan paham determinisme. Jadi Segala tindak tanduk manusia di tentukan oleh teknologi, budaya manusia di tentukan oleh teknologi, tradisi juga demikian. Misalnya saat berkembang nya komputer maka, cara kerja kita menjadi berubah menggunakan komputer.
Setelah adanya handphone maka kebiasaan mengirim surat kepada teman dan kerabat kita, menjadi pupus dan kemudian berubah tradisi itu. Ini yang menguatkan bahwa teknologi itu deterministik. Mendeterminisme terhadap kehidupan manusia. Tapi kemudian ada pandangan yang kedua bahwa sebetulnya, teknologi tidak deterministik, teknologi tidak menentukan, teknologi bersifat value-luden, artinya sebagai mana pisau, yaa.....
Mau di gunakan baik atau tidak baik, mau di gunakan untuk apapun, mau di gunakan untuk memotong sayur itu terserah kita yang menggunakannya. Jadi pada perspektif yang kedua ini manusia mengontrol teknologi. Lalu kemudian ada juga yang di sebut relasi substansiasi. Relasi ini seperti kebutuhan kita terhadap teknologi itu seperti kebutuhan kita terhadap agama. Jadi dalam hal ini tidak hanya dalam rangka evektivitas kehidupan kita. Kita membutuhkan teknologi.
Tetapi bisa juga dalam rangka gaya, dalam rangka meningkatkan sratifikasi sosial. Itulah yang kita pikirkan pada saat membeli hp tidak hanya sekedar kita butuh untuk SMS, atau chat, atau saling telpon, tidak hanya itu, tetapi kita membeli hp kita juga ingin mendapatkan frestis dari teman kita wah dia mempunyai hp seperti ini, dia HP nya bagus misalnya. Ini berbagai pandangan teknologi yang muncul hingga hari ini ketiga pandangan ini masih menguatkan diri dengan berbagai riset yang di lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H