Lihat ke Halaman Asli

taufiq candra

Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Hati-hati dalam Memaknai Hidup

Diperbarui: 28 Juli 2018   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terkadang manusia salah mengartikan sebuah makna dari kehidupan. Mereka mengatakan "hidup saya sudah begini mau diapakan lagi", atau sebagian lain mengatakan "ya sudahlah hidup memang seperti aliran air yang akan terus mengalir sampai ke sebuah muara". Pada dasarnya, memang benar bahwa hidup mengalir seperti air, tapi maaf beberapa kata selanjutnya tampaknya kurang relevan. 

Bagaimana mungkin seorang manusia yang mempunyai banyak kenikmatan di dunia ini hanya berpasrah untuk hidupnya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang memiliki akal untuk berpikir hanya duduk diam menunggu dalam sebuah aliran air, padahal mereka sendiri taktahu entah muara apa yang akan dituju. 

Entah muara yang penuh keindahan atau muara dengan buaya-buaya pemangsa yang siap menerkam. Meskipun hidup bukan suatu hal yang mudah, butuh pemaknaan yang dalam untuk menyikapi kehidupan yang rumit sebab jika salah memaknai maka hidup akan menjadi salah arti. Tidak butuh belajar dan bertanya dengan orang-orang pintar. Cukup dengan mengubah kebiasaan sederhana yang marak dilakukan saat ini. Apa itu? Mengeluh. 

Mengapa mengeluh? Sebab dari mengeluh manusia terbiasa untuk menyerah. Mereka berpikir "buat apa susah-susah, toh saya juga memang tidak bisa" atau "buat apa kerja keras, toh orang kaya tanpa usaha mampu menambang emas". Ingat, setiap orang itu memiliki timeline mereka sendiri dalam hidupnya. 

Orang kaya mampu menambang emas karena mereka mau berbuat untuk sebuah perubahan. Emas yang mereka tambang bukan sebuah hadiah yang jatuh dari langit atas kehendak Tuhan, melainkah emas dan segala bentuk harta tersebut berasal dari setiap tetes jerih payah. Sebagai contoh, ada sebuah tes masuk kuliah, banyak orang yang mendaftar dan mengikuti tes tersebut agar dapat berkuliah di sekolah yang mereka idamkan. 

Pertanyaannya"apakah orang-orang yang mengikuti tes tersebut lulus semua?" jawabannya tidak. Mengapa? Karena tidak semua orang mau mengeluarkan usaha yang mampu memantaskan diri mereka untuk sebuah kursi di sebuah universitas idamnya. Lalu ada lagi yang berkilah, "buktinya, teman saya tanpa belajar bisa dapat beasiswa ke luar negeri". 

Saya mau bertanya, "apakah kamu yakin dia tidak belajar? Apakah kamu yakin dia hanya duduk diam menanti hasil?" Tentu saja tidak, kamu tidak yakin. Faktanya, tidak ada orang yang mampu meraih kesuskesan karena keberuntungan, kecuali mereka mampu memanfaatkan setiap peluang yang akan mengarahkan dalam sebuah keberuntungan. Meskipun hidup ini memang rumit jika diamati, belajarlah untuk tidak mengeluh dan terus menahan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline