Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Rahman

TERVERIFIKASI

profesional

Ini Tips-tips Merenovasi Rumah untuk Pemula

Diperbarui: 28 September 2020   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: shutterstock via kompas.com

Irwan Rinaldi Sikumbang dan Meirri Alfianto, 2 Kompasianer, dalam artikel yang ditulis tanggal 24/9/20 dan 27/9/20, menuliskan kisah dan pengalamannya tentang merenovasi rumah mereka. "Hati-hati dan jangan sampai tertipu," katanya. Begitulah kira-kira sarannya.  

Nah, cerita dan pengalaman milik Irwan Rinaldi Sikumbang dan Meirri Alfianto itulah menjadi sekumpulan kisah sangat menarik bagi saya karena saya sangat paham dunia renovasi rumah. Dari keduanya saya memeroleh ide menuliskan artikel ini.

Saya sekarang sedang bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang engineering, jasa konstruksi untuk O&G (Oil and Gas) dan renewable energy,  dengan posisi sebagai QHSE Lead - salah satu posisi yang nyata-nyata tidak berhubungan dengan jasa renovasi rumah, pemborongan dan/atau aktifitas konstruksi di lapangan. Namun, meski demikian, saya sangat paham perkara renovasi rumah, bangunan dan teknik sipil karena latar belakang pendidikan saya adalah teknik sipil.

Tidak itu saja, sejak 2016 sampai saat ini, setidaknya sudah ada 3 rumah baru dan beberapa proyek renovasi - yang semuanya berada di Jawa Tengah, yang berhasil saya selesaikan. Bagaimana saya mengelolanya, kan saya ada di Jakarta? Jawabannya: dengan sistem remote.

Sistem remote adalah sistim yang delegatif - yang memberikan wewenang pengawasan kegiatan pekerjaan kepada satu orang yang paling saya percayai. Ya, saya memang memiliki satu orang paling saya percayai dan ia menjadi wakil saya di lapangan. Orang yang saya percayai ini memungkinkan saya tetap bisa bekerja di Jakarta dan melakukan kontrol proyek-proyek pribadi saya meski lokasi proyek tidak di Jakarta.  

Mungkin Anda ingin tahu mengapa saya tidak menyerahkan pembangunan 3 rumah tersebut dan beberapa proyek renovasi kepada pemborong? Jawabannya: karena saya sulit mendapatkan kepercayaan. Kisah dan pengalaman buruk seperti yang diceritakan Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang dan Meirri Alfianto adalah contohnya.

Mengerjakan proyek renovasi dan menyerahkan kepada pemborong yang baru Anda kenal itu sangat beresiko. Bisa berhasil bisa juga tidak. Jika tidak, Anda mungkin akan kehilangan uang atau Anda akan mendapatkan hasil tetapi dengan mutu pekerjaan yang mungkin tidak sesuai harapan.  

Memang benar pendapat dan anggapan banyak orang yang mengatakan bahwa menggunakan jasa pemborong memiliki keunggulan karena kecepatannya dan sangat praktis. Anda tidak perlu menyediakan sekedar rokok atau secangkir kopi, atau makan siang, atau menyediakan ongkos untuk lain-lain keperluan. Anda hanya perlu membayar sesuai kesepakatan (harga) antara Anda dengan pemborong dan beres. Anda hanya tinggal menunggu proyek selesai.

Kelihatannya ideal dan sederhana. Namun sebenarnya tidak. Apakah Anda (yang bukan orang teknik) paham spesifikasi pekerjaan dan material? Contoh kecil saja; ketebalan besi yang semestinya 3,2mm lalu diganti dengan 2,3mm. Ukuran dan jarak besi tulangan dari yang seharusnya D19mm-200 diganti menjadi dia19-200 (D atau deformed-bar berbeda dengan dia atau plain-bar). Atau, menurunkan spesifikasi beton dari  K-300 menjadi K-225.

Spesifikasi pasir. Ada beberapa macam spesifikasi pasir menurut code-nya (ASTM atau PBI) dan masing-masing memiliki harga yang berbeda-beda. Namun, secara umum, yang orang awam kenal, ada 3 jenis pasir di pasaran; pasir urug, pasir pasang, dan pasir cor. Apakah Anda tahu, jika pasir pasang diganti atau dicampur dengan pasir urug?

Apakah Anda menyadari jika kayu meranti diganti kayu kruing? Atau, kedalaman pondasi yang semestinya 80 cm hanya dibuat, katakanlah, 50 cm saja?     

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline