Perempuan-perempuan bergincu merah.
Berpoles bedak dan gincu merah bergegas pergi menjemput rejeki. Meninggalkan anak, menemani sang tuan menuntaskan kangen dan hasrat bersama kesepian.
Perempuan-perempuan bergincu merah.
Duduk muram di sudut ruang sempit. Pias mukanya. Tangannya memegang erat handphone menunggu telepon berdering. Tapi, hingga usai azan Subuh dilambungkan dari corong masjid, sang tuan tak juga datang.
Perempuan-perempuan bergincu merah.
Pulang usai Subuh - untuk melanjutkan kembali mimpi.
Malam-malam selanjutnya hanyalah repetisi-repetisi yang membosankan. Masa kejayaannya yang dulu mungkin sudah hampir sampai di ujung, atau mungkin sudah lewat. Sepi, gelap, dan muram. Di pintu besi besar berwarna hitam, tempat biasa ia menjemput rejeki, masih ditutup dan ditempeli tulisan besar "DITUTUP SELAMA PANDEMI COVID".
Dunianya sedang mati suri. Sampai kemudian aku datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H