Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Rahman

TERVERIFIKASI

profesional

Jalan Spiritual Tyo dan Hidup yang Tak Mudah Dijalani

Diperbarui: 23 Juli 2020   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto ilustrasi: www.ellenhorn.com

Dunia itu, Anda tahu dan bisa merasai, bergerak sangat cepat dan kadang-kadang tak pasti. Manusia berjuang sekuat tenaga yang mereka punyai, lintang pukang mengejar sesuatu yang entah apa wujudnya. Mereka berdesak-desakkan dalam semesta persaingan dan tekanan. Bagi yang kalah, mereka akan lelah, tunduk, mengadu, dan akhirnya terjerembab dalam 'keputus-asaan'.

Lalu, seperti apakah yang bisa ditawarkan sebagai penawarnya?

Banyak orang mungkin akan menjawab "agama". Ya, jawaban itu bisa jadi sangat benar. Orang-orang yang kalah, beberapa diantaranya, memang akan pergi mengadukan kesulitannya kepada Tuhan atau mereka akan mencari oase spiritualisme untuk mencari ketenangan.

***

Saya mengenal Tyo. Meskipun saya tidak mengenal dia dengan baik atau tidak begitu akrab, tetapi saya kenal siapa dia dan tahu sedikit kisah tentangnya.

Tyo, dulunya, adalah seorang pengusaha. Meski kecil, tapi untuk ukuran sebuah kota kecil atau kabupaten, perempuan itu boleh disebut sukses. Namanya juga cukup populer. Ia sudah teruji. Dalam hal memberikan komitmen kepada pembeli. Sebab, jika tidak, mana mungkin ia didapuk (pernah) menjadi ketua HIPMI di kotanya?

Rumahnya yang sudah beberapa, saya kira,  sudah cukup menceritakan dan menegaskan dengan lengkap jika usahanya yang digelutinya itu berjalan dengan baik. Dan, periode keemasan dan kejayaannya itu sudah hampir enam tahun ia merasakannya, sebelum ia akhirnya menemui jalan berliku.

Semua berawal ketika Tyo mendapatkan kontrak pengadaan barang. Ia harus mencari barang sesuai pesanan. Tidak banyak. Hanya 1 kontainer. Ia lantas memenui rekan bisnis dan beberapa produsen. Ketemulah produsen yang bisa menjanjikan barang yang diminta Klien. Ia pun mendatangi orang itu. Terjadilah transaksi.

Uang muka ia serahkan. Masih ditambah uang tabungannya.

Ketika tiba waktu yang disepakati, ternyata barang yang dijanjikan tidak datang. Ketika ditanya, justru dijawab dengan ragam kilah dan dalih. Ditanya lagi, jawabannya sama: kilah dan dalih. Ketika Tyo (sedikit) mengancam, rekan kerjanya itu malah balik mengancam. Lebih galak.

Tyo akhirnya gagal mengirimkan barang pesanan dan gagal mendapatkan kepercayaan. Itulah awal jalan berliku itu. Kejadian tersebut kemudian berulang lagi. Setelah gagal menyelesaikan kontrak dan komitmen, Tyo akhirnya tak bisa lagi mendapatkan kontrak, karena ia tak lagi bisa memberikan pesanan sesuai komitmen dan ia juga sudah tidak punya uang. Rumahnya satu persatu akhirnya dijualnya..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline