Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Rahman

TERVERIFIKASI

profesional

"Kami Ingin Pulang"

Diperbarui: 21 Juni 2019   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: theguardian.com

"Tolong sampaikan kepada Pemerintah, kami ingin pulang," katanya dengan mata berair.

Sepenggal harap, yang dilirihkan salah satu mantan petempur ISIS, menghampiri timeline saya, pagi hari ini.

Membaca kalimat penuh harap itu, beberapa saat saya terdiam bungkam. Saya mengakui bahwa saya memang kerap menjadi peragu jika dimintai bantuan atau sekedar pendapat tentang humanisme, tentang cinta dan tentang kemanusiaan. Saya kerap tergagap-gagap seperti orang baru belajar mengaji.

Harapan yang dilirihkan dengan mata berair itu, bagi saya pribadi, adalah seperti bait kerinduan yang menyayat dan tak tertanggungkan untuk bisa segera melihat tanah halaman dan bertemu keluarganya.  

Pemulangan eks pejuang ISIS memang menuai polemik dan menjadi masalah sangat pelik. Bahwa memang benar ada satu dan dua pendapat yang setuju mereka disambut kembali pulang karena alasan kemanusiaan. Tetapi banyak sekali yang menyatakan ketidaksetujuannya.

"Jangan bawa mereka pulang!! Mereka sudah berharap mati syahid sebagai syuhada. Biarkan mereka menggapai mimpi itu. Itu mimpi terbesar dalam hidup mereka. Biarkan dia mendapatkannya."

"Tidak usah dikasih masuk sini lagi. Masih belum cukup banyak masalah di sini," kata yang lainnya.

Di salah satu forum (diskusi online), yang (kebetulan) saya ikuti, kalimat-kalimat penolakan yang disuarakan oleh hampir semua peserta diskusi, malah terlihat sangat emosional dan sangat tidak pantas dibaca. Mereka menyatakan menolak kepulangan -dengan alasan dan dalih apapun.

Detik, hari ini (Kamis 20 Juni 2019), juga menurunkan tulisan tentang mereka. Menurut Detikcom, sejak runtuhnya ISIS pada Maret lalu, masyarakat internasional kini berpikir tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan terhadap keluarga para petempur ISIS itu.

Masih menurut Detikcom, dilansir dari AFP, dilaporkan bahwa kini masih ada sekitar 12 ribu warga negara asing dari sekitar 40 negara masih berada di berbagai kamp pengungsian. Mereka terdiri dari 4 ribu perempuan dan 8 ribu anak-anak.

Hingga Februari lalu, sudah 200 perempuan dan anak-anak berhasil dipulangkan. Kebanyakan dari mereka berasal dari republik-republik Islamis Rusia di kawasan Kaukasus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline