Lihat ke Halaman Asli

"YABUSAME", Seni Memanah ala Samurai

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13836368101540402628

"I dreamed of a unified Japan. Of a country strong and independent and modern... Now we have railroads and cannon and western clothing. But we cannot forget who we are. Or where we come from." (The Last Samurai) "Dalam balutan kabut gelap di tengah hutam, ribuan deru langkah kuda tiba-tiba  memecah kesunyian.. Nyali ribuan  tentara gagah lengkap dengan berbagai senjata modern pun seketika ciut, apalagi beberapa detik kemudian baju perang khas samurai berkelebatan di depan mata.  Tanpa kata, tanpa suara dan tiba-tiba puluhan tentara jatuh tersungkur diikuti jeritan memilukan.  Tak sempat terdengar suara desing peluru disana, hanya terlihat kilatan-kilatan pedang dari samurai terlatih tanpa lawan.." Kalau saja pernah menonton film "The Last Samurai", pasti sepotong kisah diatas akan menggugah ingatan ke salah satu fragmen di film itu.  Bagian-bagian cerita yang kuat dalam film itu terus membekas dalam ingatan, apalagi ditambah alur cerita yang bagus dan inspiratif.  Ingatkah di salah satu bagian dari film tersebut, ada salah satu latihan beladiri yang ternyata merupakan bagian dari ritual keagamaan.  Memanah sambil berkuda dengan kecepatan tinggi, atau di jepang dikenal dengan istilah "Yabusame".  Menurut sejarahnya, Yabusame ada sejak tahun 530-an masehi ketika Kaisar ke-29, Kinmeu, memanjatkan syukur dan memohon berkat tenka taihe (kedamaian) dan gokuko houjyou (panen berlimpah). Sang Kaisar menunggang kuda dan melepaskan anak panah ke arah 3 target yang melambangkan sanka, 3 negara di daratan korea.  Di kalangan samurai, yabusame sangat populer dan dijadikan salah satu keahlian bertempur mereka. Dan di sela-sela hari terakhir festival balon udara internasional saga tahun 2013, pengunjung diberi kesempatan langka untuk menyaksikan langsung "Yabusame".  Atraksi ini diikuti oleh 3 pemanah lengkap dengan pakaian adatnya.  Dalam atraksi tersebut, panjang lintasan yang digunakan adalah 200 meter dengan dua buah target panah.  Masing-masing pemanah diberi tiga kali kesempatan untuk memperlihatkan aksinya kepada puluhan ribu penonton yang memadati tribun festival siang itu. Teriakan "sugoi desu ne", disertai tepukan tangah yang sangat meriah mewarnai sekitar 30 menit atraksi tersebut.  Diakhir atraksi, bak pahlawan yang baru pulang dari medan pertempuran, mereka disambut ratusan pengunjung yang ingin berfoto dari dekat.  Benar-benar suatu suguhan atraksi budaya yang luar biasa, tidak hanya bagi turis internasional melainkan juga untuk warga jepang sendiri.

13837332531445105930

13837332791540473814

November 2013, Kitakyushu-shi, Jepang



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline