Transformasi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) menjadi universitas adalah salah satu fenomena menarik dalam pendidikan tinggi Indonesia.
Dahulu, IKIP dikenal sebagai "pabrik guru," tempat melahirkan tenaga pendidik yang kompeten untuk mengisi ruang-ruang kelas di seluruh Indonesia. Namun, kini banyak IKIP telah berubah menjadi universitas, seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dulunya IKIP Bandung, atau Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang dulunya IKIP Jakarta.
Perubahan ini tentu membawa sejumlah harapan, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar: apakah perubahan nama ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas, atau justru mengaburkan tujuan utama mendidik calon guru?
Kenapa IKIP Berubah Jadi Universitas?
Transformasi ini tidak terjadi tanpa alasan. Beberapa faktor utama yang mendorong perubahan ini adalah:
1.Prestise Institusi
Sama seperti fenomena IPB atau IAIN yang berubah menjadi universitas, pergantian nama dari IKIP menjadi universitas juga dilakukan untuk meningkatkan daya tarik dan citra institusi. Di mata masyarakat, status "universitas" dianggap lebih bergengsi daripada "institut."
2.Diversifikasi Program Studi
Banyak IKIP membuka jurusan di luar bidang pendidikan, seperti ekonomi, teknik, bahkan seni. Tujuannya adalah untuk menarik lebih banyak mahasiswa dan memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang lebih luas.
3.Persaingan di Dunia Pendidikan
Dalam persaingan antar institusi pendidikan tinggi, menjadi universitas sering kali dianggap sebagai langkah untuk "naik kelas." Universitas memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk menawarkan berbagai program studi dan menarik sumber daya.
4.Kebijakan Pemerintah
Pemerintah mendorong perguruan tinggi untuk lebih fleksibel dan relevan dengan kebutuhan zaman. Transformasi menjadi universitas dianggap sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Dampak Perubahan: Positif atau Kehilangan Arah?
Sisi Positif
1.Lebih Banyak Pilihan Program Studi
Dengan menjadi universitas, mantan IKIP dapat menawarkan program studi di luar bidang pendidikan. Hal ini memberikan lebih banyak pilihan bagi calon mahasiswa yang tidak tertarik menjadi guru.
2.Meningkatkan Daya Saing
Status universitas membantu institusi untuk bersaing di tingkat nasional dan internasional.
3.Peluang Kolaborasi dan Inovasi
Dengan membuka jurusan di berbagai bidang, institusi memiliki peluang untuk melakukan kolaborasi lintas disiplin dan menghasilkan inovasi yang lebih luas.
Kehilangan Fokus pada Pendidikan Guru
Namun, perubahan ini juga membawa sejumlah kekhawatiran:
1.Turunnya Prioritas pada Pendidikan Guru
Dengan diversifikasi program studi, pendidikan guru yang dulu menjadi fokus utama IKIP kini hanya menjadi salah satu dari banyak jurusan. Akibatnya, kualitas lulusan guru mungkin tidak lagi menjadi prioritas utama.
2.Krisis Identitas Institusi
IKIP dulunya memiliki identitas yang kuat sebagai lembaga pencetak guru. Ketika berubah menjadi universitas, identitas ini perlahan-lahan terkikis.
3.Kebutuhan Guru yang Masih Tinggi
Ironisnya, meskipun banyak IKIP berubah menjadi universitas, kebutuhan akan guru yang kompeten di Indonesia masih sangat tinggi. Apakah institusi-institusi ini masih mampu memenuhi kebutuhan tersebut?
4.Guru Jadi Pilihan "Kedua"
Dengan banyaknya jurusan baru, calon mahasiswa yang masuk ke program pendidikan guru sering kali adalah mereka yang "kehabisan pilihan." Ini tentu berdampak pada motivasi dan kualitas calon guru di masa depan.
Pendidikan Guru di Masa Depan