Di era digital, mobile banking (m-banking) sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari transfer uang, bayar tagihan, hingga belanja online, semua bisa dilakukan dalam hitungan detik lewat ponsel. Tapi, seperti teknologi lainnya, m-banking juga memiliki risiko keamanan yang bisa membuat uang kita di rekening lenyap dalam sekejap jika kita tidak hati-hati.
Pertanyaan pentingnya: kenapa kasus pembobolan m-banking semakin sering terjadi? Apakah sistem keamanannya lemah, atau pencuri digitalnya yang semakin canggih? Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana m-banking sebenarnya cukup aman jika digunakan dengan bijak, serta apa saja langkah-langkah praktis untuk melindungi diri dari serangan hacker tanpa terkesan terlalu teknis atau menggurui.
Kenapa Mobile Banking Rawan Diserang?
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa m-banking dirancang dengan tingkat keamanan yang tinggi. Bank biasanya menggunakan teknologi enkripsi untuk melindungi data pengguna, sistem login berlapis seperti PIN dan OTP, serta fitur-fitur keamanan lainnya. Namun, ada beberapa alasan kenapa masih saja ada orang yang menjadi korban pembobolan:
1. Human Error
Sebagian besar kasus pembobolan terjadi karena kesalahan pengguna itu sendiri. Misalnya, menggunakan password yang mudah ditebak seperti "123456" atau tanggal lahir. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah memberikan kode OTP kepada pihak yang mengaku sebagai "petugas bank". Padahal, bank tidak pernah meminta informasi seperti itu.
2. Malware pada Ponsel
Malware adalah program jahat yang bisa mencuri data pribadi kita. Hacker sering menyelipkan malware di aplikasi palsu, link mencurigakan, atau file yang dikirim melalui email. Setelah malware terinstal di ponsel, hacker bisa mendapatkan akses ke akun m-banking Anda.
3. Wi-Fi Publik yang Tidak Aman
Saat kita terhubung ke Wi-Fi gratis di kafe atau tempat umum, data yang kita kirim dan terima bisa diintip oleh hacker. Jika Anda membuka aplikasi m-banking di jaringan seperti ini, risiko datanya disadap menjadi sangat besar.