Sudah lama saya tidak menggunakan halte TransJakarta Gatot Subroto LIPI dan kini terkaget-kaget ketika namanya berubah menjadi Widya Chandra.
Sebuah nama yang cukup kontroversial mengingat itu adalah anna kompleks namun elite yang mungkin tidak pernah naik TransJakarta.
Sambil menunggu bus 9 C jurusan Bundaran Senayan, saya sempat membaca papan reklame dari Kompas yang isinya informasi yang membuat semua pembaca menjadi merenung.
Di sini , terpampang sederet fakta yang menggugah hati. Tulisan itu bukan sekadar informasi biasa, tetapi seakan mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang masa depan negeri ini.
Katanya, kita sedang menuju Indonesia Emas 2045. Namun, apa arti kata emas itu jika angka-angka di papan ini justru mengisyaratkan realita yang berbanding terbalik?
1. Besar Pasak Daripada Tiang: 69 Juta Orang
Sebuah prediksi mencatat bahwa pada 2045, 69 juta orang Indonesia akan hidup 'besar pasak daripada tiang'. Bukan soal gaya hidup semata, ini mencerminkan kenyataan bahwa kesenjangan ekonomi begitu nyata.
Kita sering mendengar istilah "berkah sumber daya alam" atau "bonus demografi". Tapi pertanyaannya, apakah kekayaan itu dikelola dengan bijak? Masih banyak cerita tentang anggaran yang bocor, pembangunan yang tak merata, hingga pengambilan keputusan yang lebih sering melayani kepentingan segelintir orang dibandingkan kebutuhan rakyat banyak.
Slogan yang sering kita dengar adalah Indonesia negeri yang kaya alamnya. tidak salah, tetapi jangan sampai slogan ini meninabobokan kita semua seperti lirik lagu lawas "Tongkat kayu dan baru jadi tanaman."
Namun, apakah cukup jika kita hanya menyalahkan pihak-pihak tertentu? Barangkali, ini saatnya kita mulai bertanya: sudahkah kita, sebagai masyarakat, turut mendorong transparansi dan integritas dalam kehidupan sehari-hari?