Tanggal 17 September 2024, bersama komunitas KOMIK Kompasiana saya sempat kembali nonton bareng film Thailand favorit, yaitu yang bertema horor. Kali ini judulnya Haunted Universities
Ternyata film ini merupakan sebuah trilogi, yaitu tiga buah film yang memiliki tema hampir sama namun sama sekali tidak ada kaitan cerita nya satu sama lain kecuali kisah horor dengan latar belakang di kampus. Yuk kita bahas apa saja kisahnya.
Kisah pertama adalah yang paling menyeramkan dan bahkan penuh dengan adegan ngeri yaitu pemenggalan kepala.
Koi (Eisaya Hosuwan) adalah seorang mahasiswi yang dikisahkan sedang mengalami kesulitan keuangan, apalagi ibunya sering kali meminta uang kepadanya sedangkan dia masih perlu banyak uang untuk melanjutkan kuliah. Di kampus, Koi berteman akrab dengan seorang mahasiswa Hongte (Chatichey Chinnasi). Keduanya sama-sama berharap untuk mendapatkan beasiswa. Sayangnya mereka berdua baru saja mendapat kabar bahwa kampus kali ini hanya dapat menyediakan satu bea siswa. Artinya mereka harus bersaing untuk mendapatkannya.
Untuk menenangkan pikiran Koi, Te berinisiatif mengajak Koi pergi ke semacam tempat pesugihan untuk menghadap seorang putri. Menurut legenda putri ini hanya memberikan berkah kepada sepasang kekasih, karena itu mereka tetap nekat menghadap sang putri walaupun bukan sedang berpacaran.
Walau sempat sukses dikabarkan bahwa kampus menyetujui bea siswa untuk keduanya, namun balasannya pun langsung, keduanya dikejar-kejar oleh roh sang putri dan pengawalnya yang murka dan ingin mengambil nyawa dari salah satu di antara mereka. Nyawa atau kepala siapa kah yang harus diserahkan kepada sang putri sebagai tumbal?
Sepanjang kisah pertama ini, penonton terus menerus disuguhi adegan yang mengerikan, benar-benar seakan-akan kita di kepung segerombolan hantu yang siap mencabut nyawa.
Kisah kedua juga mengenai hantu kampus. Walau seram namun ada sedikit unsur komedi dan terasa kurang menggetarkan hati penonton. Kisahnya mengenai sistem perpeloncoan antara mahasiswa baru dan senior.
Kebetulan pada tahun ini jumlah mahasiswa baru tepat sama dengan mahasiswa senior, sehingga diadakan undian dan setiap senior akan menjadi pelindung atau care taker satu orang mahasiswa baru. Akan tetapi mahasiswa baru tidak mengetahui siapa pelindungnya sampai penutupan perpeloncoan nanti.
Salah seorang mahasiswa senior Earth (Pisitpol Ekaphongsit) tidak setuju dengan sistem ini, tetapi terpaksa harus ikut. Namun dia melawan dengan langsung membuang kertas berisi nama mahasiswa baru , Sun (Awat Rataphinta),