Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Kisah Ummu Kulsum di Perbatasan Uzbekistan Kyrgystan

Diperbarui: 18 Juni 2024   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Caravaniatan 


Setelah makan siang di sebuah restoran yang menyajikan menu plov, semangka dan salad khas Uzbek di Ferghana,  kendaraan kami  melanjutkan perjalanan menuju ke kota perbatasan antara Uzbekistan dan Kyrgyzstan di Andijon.

Di sini pula kami semua mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada Dinora, pemandu wisata yang sudah menemani selama be beberapa hari di Uzbekistan.

"Nama perbatasan ini adalah Dostuk dalam bahasa Kyrgyz  dan disebut juga Dostlik dalam Bahasa Uzbek yang berasal dari kata dasar dost yang bermakna teman," demikian komentar Mas Agus ketika kami harus turun dengan membawa koper dan barang bawaan masing-masing untuk antri di imigrasi.

Hal ini dikarenakan antrean kendaraan biasanya akan lebih lama terutama di hari sibuk musim liburan Idul adha ini. Antrean kendaraan bisa memakan masa 5 jam lebih. Suasana perbatasan sangat ramai baik dengan pejalan kaki maupun kendaraan yang ingin menyeberang ke Osh di Kyrgystan.

Satu persatu kami  membentuk antrean dan memasuki lorong menuju kantor imigrasi keluar dari Uzbekistan. Seorang petugas memeriksa paspor masing-masing dan kami antre dengan tertib. Hanya ada 3 jalur antrean dengan tulisan paspor control tanpa dibedakan kebangsaan. Ada lagi jalur di paling kiri dengan petunjuk untuk turis tetapi kosong melompong tanpa petugas dan antrean.

Hanya ada sekitar 10 orang di depan mas Kasan yang ada di depan saya dan prosesnya cukup lancar. Namun tiba-tiba saja ketika giliran mas Kasan di paking depan loket ada seorang ibu muda yang membawa beberapa orang anak langsung menerobos antrean.  

Setelah ibu muda tadi lewat dan Mas Kadan ada di loket serta saya ada di antrean paling  depan, tiba-tiba di samping saya juga muncul seorang ibu muda mengenakan hijab menggendong seorang anak perempuan yang masih balita berusia di bawah dua tahun dan menggandeng anak perempuan lainnya yang mungkin berumur sekitar 4 atau 5 tahun.  Dengan wajah memelas dia seakan meminta didahulukan.

Dia menegur saya sambil berkata Kitai dan  saya jawab dengan kata Nyet yang berarti tidak dan mengatakan bahwa saya dan teman-taman berasal dari Indonesia.  Dia kemudian menunjukkan paspor Kirgizstan. Kata Kita cukup sering ditanyakan kepada kelompok kami karena umumnya penduduk di kawasan Asia Tengah ini sering menduga bahwa kami berasal dari Tiongkok.

Kami sempat bercakap cakap sementara ketika saya menanyakan nama dan usia anaknya yang digendong. Dia menjawab bahwa anak perempuan itu bernama Ummi Kulsum dan berusia satu tahun setengah sementara kalanya bernama Zamsiyah dan berusia lima tahun.

Akhirnya saya memberikan hak antrean saya keada  ibu muda tadi walau dia pada awalnya masih sedikit enggan dan pura-pura menolak dengan berkata Mozna aliah bolehkan saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline