Kolombia merupakan negeri Hispanohablante (negeri berbahasa Spanyol) yang sudah sejak lama ingin saya kunjungi. Dan kini impian itu terwujud di akhir Januari 2024.
Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan selama lebih 29 jam dengan mampir di Istanbul, pesawat Turkish Airways yang saya tumpangi tiba di Bandara Eldorado di Bogota. Suasana Latin sudah sangat kental bahkan sejak di ruang tunggu keberangkatan di Istanbul. Bahkan di dalam pesawat pun saya bercakap-cakap dengan penumpang lain yang Hany bisa berbahasa Spanyol.
Salah satu hal unik yang menarik perhatian saya adalah ketinggian Bogota yang berada sekitar 2500 meter di atas permukaan laut sehingga ketika mendarat pun petunjuk ketinggian menunjukkan angka lebih dari 8000 kaki.
Di bandara ini pula, Pak Agus, staf lokal Kedutaan Besar Indonesia di Bogota sudah siap menjemput. Pemeriksaan imigrasi dan bea cukai berlangsung lancar. Sesuai regulasi, pemegang paspor Indonesia dapat ijin tinggal selama 90 hari di Kolombia tanpa visa.
Suasana di terminal I kedatangan cukup ramai siang itu. Salah seorang penumpang yang dijemput oleh keluarganya langsung dipeluk dengan tangisan mesra. Mungkin sudah beberapa tahun perempuan muda tersebut tidak kembali ke Bogota. Banyak orang menawarkan taksi di samping ada taksi resmi berwarna kuning, saya juga sempat melihat bus feeder yang bisa membawa penumpang ke halte Transmilenio terdekat.
Kami segera berjalan menuju ke tempat parkir kendaraan. Ada hal yang cukup khas di tempat parkir ini, yaitu tarif parkir yang dihitung per menit yaitu 97 $. Saya sempat kaget melihat tarifnya kecuali setelah dijelaskan bahwa walau mata uang Kolombia secara resmi adalah peso dengan lambang COP, tetapi dalam kehidupan sehari hari disebut dengan Dollar dengan lambang $. 97 Peso sendiri adalah sekitar 388 Rupiah per menit. Wah cukup mahal kalau dibandingkan di Indonesia.
Dalam perjalanan ini Pak Agus bercerita bahwa dia sudah tinggal di Bogota lebih dari 27 tahun lalu dan merasa sudah sangat nyaman dan betah di negeri ini.