Debat Capres ketiga yang diselenggarakan Minggu malam, 7 Januari 2024 berlangsung sangat menarik sekaligus penuh kejutan, serangan dan bahkan sindiran tajam dan tuduhan yang cukup menggelitik. Secara singkat debat paling panas terjadi antara Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dari awal sejak akhir acara, sementara Ganjar Pranowo yang pada awalnya sedikit kalem, ternyata mulai ganas dan ikut menyerang Prabowo dengan data dan persiapan yang mayang. Ada yang bilang bahwa Prabowo dikeroyok Anies dan Ganjar. Yuk kita Simak lagi jalannya debat yang seru ini.
Anies sebagaimana biasa dengan kata-kata yang sangat teratur dan manis mulai menyerang Prabowo dengan menyitir kepemilikan atau penguasaan tanah oleh Prabowo seluas 340 Hektar yang kemudian diralat menjadi 340 ribu hektar sementara masih banyak prajurit yang bahkan belum memiliki rumah pribadi. Anies juga menanyakan soal belanja alutsista yang besar serta pesawat bekas yang dibiayai dengan hutang.
Prabowo yang awalnya tampak tenang dan menjawab dengan santai makin lama mulai terbawa emosi dan kemudian membalas tudingan Anies dengan mempersoalkan etika Anies. Prabowo memang tidak mengelaborasi lebih lanjut tentang apa yang dimaksud etika ini. Bisa juga etika ini merujuk kepada cara-cara yang digunakan Anies sewaktu sukses menjadi gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 lalu yang ironisnya didukung oleh Prabowo sendiri. Bisa juga etika ini merujuk kepada pernyataan Anies yang pernah berjanji tidak akan maju menjadi capres seandainya Prabowo maju lagi. Namun yang kemudian disuratkan Prabowo adalah bahwa etika Anies ini terkait dengan kebiasaannya menghasut rakyat dalam rangka mendapatkan simpati dan suara. Singkatnya Kalau Anies menuduh Prabowo mempunyai kekayaan yang wah sementara prajurit masih belum Sejahtera, sedangkan Anies dituduh menghasut dan menghalalkan segala cara agar dapat memenangkan persaingan.
Saling tuduh soal etika pun terus berlanjut ketika Anies menyindir soal cara-cara yang digunakan kubu Prabowo dalam meloloskan Gibran sebagai Cawapres yang kita semua sudah tahu. Namun Prabowo yang mulai sedikit panas mulai menyebut Anies dengan panggilan Prof. Anies, saya tidak tahu apakah panggilan ini untuk menyindir atau untuk memuji Anies yang memang terbukti sangat pandai merangkai kata-kata.
Singkatnya Prabowo dan Anies mencoba saling serang dengan membongkar kelemahan dan aib kubu lawan. Namun Anies tampak jauh lebih siap dan menang dalam debat ini. Apa lagi bila dikaitkan dengan rencana ke depan seandainya Anies terpilih menjadi presiden. Dengan jelas Anies ingin mengembalikan kejayaan peran Indonesia seperti yang pernah dicapai di waktu Bung Karno dan Suharto yang lebih dihormati di dunia. Walau caranya tentu tidak mudah tetapi Anies sudah mampu merangkaikan dengan kata-kata yang baik dan mimik yang sangat meyakinkan. Bahkan secara tidak langsung Anies juga seakan-akan menyindir Jokowi yang dianggap hanya hadir dalam forum-forum dan kemudian pulang tanpa pidato. Sementara Anies sendiri menyatakan pernah menyampaikan gagasan kepada Sekjen PBB dan diterima?
Ganjar sendiri pun akhirnya terbawa kepada suasana saling serang ini dengan menggunakan data tentang kinerja Prabowo selama menjadi Menteri pertahanan yang dinilai masih banyak kekurangan. Baik tentang kasus pesawat bekas dan juga rasio hutang Indonesia. Prabowo sendiri tampak kurang siap dan sangat defensif dengan menuduh balik bahwa data yang diajukan Ganjar dan Anies sebelumnya adalah kurang tepat dan keliru. Tetapi ketika ditantang untuk mengajukan data tandingan, Prabowo sama sekali tidak siap dan berjanji atau menantang untuk ngopi sambil menunjukkan data kemudian.
Serangan terhadap Prabowo tampak mencapai puncaknya ketika Anies dan Ganjar saling bertanya yang lucunya menanyakan penilaian atas kinerja Prabowo sebagai Menhan. Anies bertanya kepada Ganar berapa nilai yang diberikan. Dan dijawab dengan angka 5 oleh Ganjar. Pertanyaan Anies ini sebenarnya sangat menohok dan menurut saya sendiri kurang etis karena bukan menanyakan tentang Ganjar atau program Ganjar, tetapi menilai orang ketiga yaitu Prabowo dengan tujuan menurunkan elektabilitas Prabowo. Dan Anies juga bahkan lebih sadis lagi ketika ditanya berapa nilai yang diberikan untuk Prabowo.
"Sebelas," jawab Anies santai yang kemudian ditambahkan dengan sebelas dari seratus, alias nilai yang sangat buruk kalau kita sekolah. Nilai 4 atau 5 saja sudah sangat buruk apalagi nilai 11. Bahkan guru atau dosen saja tidak akan tega memberikan nilai ini kepada murid atau mahasiswa yang tidak bisa menyelesaikan soal selama ujian. Namun Anies memang sangat tega memberikan nilai buruk ini kepada Prabowo.
Dan akhir debat pun sangat jelas. Kalau biasanya setelah debat para capres saling bersalaman untuk menetralisir hal-hal atau ucapan yang kurang berkenan selama debat. Kali ini Anies dan Prabowo tidak bersalaman. Ketika Anies ditanya mengapa tidak bersalaman dengan Prabowo, Anies menjawab bahwa Prabowon sudah tidak ada alias sudah menghilang, sementara ketika Prabowo ditanya mengapa tidak bersalaman dengan Anies, Prabowo menjawab seharusnya Anies sebagai yang lebih muda mencari Prabowo yang lebih senior.
Melihat bagaimana debat berlangsung dan juga pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan di layar televisi ini, kadang membuat rakyat makin miris. Walau semuanya memberikan janji manis misalnya untuk TNI dan ASN untuk naik gaji berkali-kala. Tetapi inti debat masih menekankan kepada bagaimana cara terbaik untuk menjatuhkan lawan dibandingkan dengan mengedepankan program dan gagasan sendiri.