Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Menembus Garis Batas 40: Kain Kafan di Chorsu Bazaar

Diperbarui: 9 Desember 2023   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chorsu Bazaar: Dokpri

Setelah puas mengembara di lorong bawah tanah stasiun Tashkent Metro, Bakhtiyor mengajak kami menuju ke Chorsu Bazaar tentu saja dengan naik metro sampai ke stasiun Chorsu.  Sangat mudah dan praktis. 

Begitu keluar stasiun, kami sudah sampai di pasar tradisional yang suasananya mirip di Indonesia.  Rupanya ini adalah pasar yang ada di halaman sekitar bangunan utama Chorsu Bazaar yang berbentuk bulat mirip piring terbang yang akan kami kunjungi kemudian.

Stasiun metro Chorsu: Dokpri

Di pasar ini, segala barang apa saja ada. Pakaian, suvenir, buah, sayur, makanan, dan juga roti nan.  Yang pertama menarik perhatian saya adalah berbagai sayur dan buah yang ukurannya jumbo alias besar-besar.  Saya melihat cabai rawit hingga cabai besar alias paprika dengan warna merah yang menyala. Juga ada sejenis kol dan berbagai jenis sayuran hijau lainnya.

Cabe besar: Dokpri

Kami juga sempat diajak mampir ke toilet umum di Chorsu Bazaar ini.  Sambi menunggu saya melihat banyaknya tukang sol Sepatu yang sedang memperbaiki sepatu.   Ternyata selama kunjungan ke Uzbekistan, saya cukup banyak melihat tukang reparasi Sepatu di berbagai tempat umum. 

Sayuran: Dokpri

Jalan-jalan ke Chorsu Bazaat ini cukup mengasyikkan selain melihat-lihat barang yang dijajakan,kami juga bisa berbelanja souvenir yang harganya ternyata jauh lebih murah dibandingkan di tempat-tempat wisata seperti di Samarkand atau Bukhara.  Kami segera memborong berbagai suvenir seperti tempelan kulkas, dan juga T-Shirt dan berbagai jenis pajangan keramik.  Selain murah juga bisa ditawar serta uniknya penjualnya pun kadang-kadang anak kecil berusia sekitar 10 tahun yang sudah fasih berbahasa Inggris selain bahasa Rusia dan Uzbek atau bahkan Tajik.

Makanan khas Uzbek: Dokpri

Bahktiyor juga mengajak kami mampir ke sebuah gerai penjual kuliner tradisional Uzbek. Penjualnya seorang Perempuan berusia sekitar 60 tahunan dengan ramah memberikan kudapan tersebut sebagai cicipan. Kalau suka boleh beli, kalu tidak mau beli pun tidak apa-apa dan cukup mengatakan Rahmat alias terima kasih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline