Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Menembus Garis Batas 30: Mengenal Yahudi Bukhara

Diperbarui: 3 November 2023   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tochka di dinding rumah: Dokpri

Setelah makan siang dan sekedar beristirahat di hotel, jalan-jalan di Bukhara kembali dilanjutkan. Tujuannya kali ini adalah mampir ke Rumah tradisional Yahudi di Bukhara.  Uniknya lokasi rumah itu ternyata ada di hotel tempat kami menginap, yaitu Grand Nordibeek Hotel di Kota Tua Bukhara. 

Didamping oleh Guland dan Mas Agus kami masuk ke rumah tersebut melalui tangga ke bahwa tanah yang terletak di ruang Tengah terbuka atau courtyard hotel yang digunakan sebagai restoran tempat tamu-tamu hotel makan pagi.   Tangga ini biasanya tertutup dan sebelumnya saya sendiri tidak sadar bahwa di sini terletak tangga menuju ke rumah tradisional Yahudi dan juga Sinagoga di sebelahnya.   Hotel tempat kami tinggal memang berada di Jewish Quarter atau dalam bahasa setepat disebut dengan Mahallah

Pintu ke bawah tanah: Dokpri

Old Jewish Cellar 250 years old. Gallery Byukharian Jews (photo gallery, craft, clothing, video, Uzbek tradition tea without sugar, padaroshi tea X century),  demikian tertulis pada spanduk yang ada di mulut tangga.  

Dengan hati-hati saya menuruni tangga dan kemudian masuk ke ruangan bawah tanah. Sejenak saya harus menyesuaikan diri dengan ruang bawah tanah yang berdinding bata dan hanya memiliki penerangan seadanya.  Di sini seorang gadis Uzbek dengan rambut disanggul  memakai T Shirt warna kuning muda dan gaun warna kuning tua menyambut ramah dan memperkenalkan dirinya. 

Pintu Baghdad: Dokpri

Dia mulai bercerita sekilas tentang secara rumah tua ini yang telah berusia ratusan tahun dan juga sekilas perkenalan mengenai komunitas Yahudi Bukhara yang sudah tinggal di kawasan ini sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu.  Seperti sudah dijelaskan sewaktu kami mengunjungi pemakaman Yahudi, masyarakat Yahudi di Bukhara saat ini jumlahnya hanya tinggal  sekitar 200 jiwa saja sementara dahulu membentuk sekitar 10 persen dari penduduk kota Bukhara sendiri.   Konon rumah ini dulu milik seorang Yahudi Bernama Tsadik Levi yang sekarang sudah pindah ke Israel.  Nah nama Levi ini mengingatkan saya akan merek celana jin yang terkenal yaitu Levi  Strauss. Siapa sangka nama Levi adalah nama khas Yahudi. 

Kaum Yahudi Bukhara bahkan menganggap bahwa Bukhara adalah tanah kelahiran mereka dan juga tanah leluhur mereka. Bahkan menurut sebagian mereka kata Bukhara sendiri berasal dari bahasa Ibrani Bekhar yang berarti sulung atau yang pertama kali dilahirkan.   Wah ternyata lumayan banyak versi asal kata Bukhara. Selama lebih dari dua setengah milenia lebih, kaum Yahudi Bukhara telah tetap eksis setelah melewati pasang surut sejarah.  Ketika Bukhara berada dalam kekuasaan Islam di zaman para Emir, mereka disebut sebagai Dzimi dan harus membayar Jizya sebagai tanda pajak perlindungan.  Ketika di Zaman Soviet pun kehidupan beragama lumayan dibatasi. 

Menurut cerita, di zaman Soviet, pada era 1970-an. Pintu mulai dibuka dan  banyak Yahudi Bukhara  yang mulai beremigrasi ke berbagai negara seperti Israel, Amerika Serikat, Austria dan juga Kanada.  Konon di zaman Soviet mereka disebut dengan Maliy Narod atau Small People untuk menunjukkan komunitasnya sebagai minoritas.

Sunduq atau koper: Dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline