Lihat ke Halaman Asli

Taufik Uieks

TERVERIFIKASI

Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Kisah Rumah Kos Sie Kong Lian yang Menjadi Saksi Sumpah Pemuda

Diperbarui: 1 November 2023   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Jl. Kramat: dokpri

Satu hari menjelang peringatan Sumpah Pemuda yang ke 95, saya kembali mengunjungi Museum Sumpah Pemuda yang beralamat di Jalan Keramat Raya 106, Jakarta Pusat.  Kali ini bertepatan dengan acara berkunjung ke Museum yang diadakan oleh Wisata Kreatif Jakarta dan dipandu secara langsung oleh Mbak Ira Latief.

Rumah Tua dekat Museum: Dokpri

Ketika turun dari halte TransJakarta Pal Putih, saya berjalan kaki menyusuri kaki lima yang nyaman dan sempat mengamati sebuah rumah tua yang tampak sudah lama terbengkalai dan lokasinya tepat di sebelah Museum Sumpah Pemudah. Gedungnya tampak megah dan cantik dengan halaman yang luas, namun dalam keadaan yang menyedihkan karena sudah tidak dirawat dan ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya.  Di sepanjang jalan ini memang terdapat banyak rumah-rumah tua yang dalam ukuran besar dengan lahan yang luas. Sayangnya sebagian besar sudah berubah fungsi dan juga sudah berubah bentuk. Seandainya sejak dahulu dipertahankan bentuk asli dan dirawat dengan baik, tentunya menjadi kawasan kota tua yang cantik dan menawan.

Suasana di depan museum: Dokpri

Di depan museum, suasana meriah langsung menyambut saya. Gedung juga bertabur hiasan bernuansa merah putih.  Ada korps music yang sedang berlatih. Rupanya sedang diadakan gladi resik untuk peringatan Hari Sumpah Pemuda besok, yaitu pada 28 Oktober 2023.  Tulisan besar Museum Sumpah Pemuda yang gagah juga menyambut kedatangan saya. Mbak Ira juga dengan senyum manisnya yang khas berjalan gesit sambil menyapa dengan ramah.

Prasasti di beranda: Dokpri

Saya segera masuk ke beranda dan mengamati beberapa plakat yang ada di dinding dan di dekat pintu masuk. Pertama adalah yang menyatakan gedung ini sebagai cagar budaya dan peresmian pemugaran terakhir pada 2021. Sesudah itu dekat dinding ada tiga prasasti yang berurutan dari atas ke bawah. Yang paling atas adalah peresmian Museum Sumpah Pemudah pada 20 Mei 1974 oleh Presiden Soeharto, lalu peresmian pemugaran gedung Ex Indonesische Club Gebouw pada 1973 oleh Gubernur Ali Sadikin dan yang paling bawah adalah prasasti hibah Gedung Sumpah Pemuda dari Keluarga pemilik yang ditandatangani oleh dr. Yanti Silman kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi,  Hilmar Farid pada 28 Oktober 2021.

Pemandu wisata: Dokpri

Wah sejak kunjungan saya sekitar 7 tahun lalu, sudah banyak yang berubah di Museum ini.  Saya masuk ke dalam ruangan pertama di dalam museum.  Di sini kami disambut oleh Pak Patul, yang merupakan pemandu museum yang dengan bersemangat berkisah tentang ruangan-ruangan yang ada di sini.  Di ruangan dengan lantai yang masih asli dengan corak hiasan bermotif flora yang cantik ini terdapat  display mengenai kawasan Weltevreden dan juga sekilas sejarah  gedung  ini. Juga ada kilasan sejarah  menjelang Sumpah Pemuda, yang dimulai dari Kebangkitan Nasional dengan terbentuknya Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Dalam Sejarah Indonesia, ada tiga tonggak peristiwa yang penting, yaitu Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 dan proklamasi pada 17 Agustus 1945,  demikian ujar pak Patul mengawali ceritanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline