Setelah sekitar 1 jam 40 menit naik kereta cepat Afrisiyob yang menempuh jarak lebih 230 kilo meter dari Samarkand, kami tiba di Stasiun Bukhara atau Buxoro dalam tulisan Latin bahasa Uzbek. Stasiun Boxoro pun tidak kalah cantiknya dengan stasiun Tashkent dan Samarkand. Kalau stasiun Samarkand sangat kental dengan nuansa Soviet, maka stasiun Buxoro yang dari luar terlihat bertingkat dua dengan deretan lengkungan-lengkungan yang mengingatkan saya akan bangunan masjid atau madrasah yang saya lihat di Samarkand.
Sekilas nuansa arsitektur Islam lebih menonjol di Stasiun ini. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami sempat mampir ke dalam stasiun untuk berkunjung ke Hojatxona. Walhasil ketika keluar dari stasiun melalui pintu samping, sebagian kami adalah rombongan terakhir keluar dari stasiun dan pintu gerbangnya mau ditutup oleh petugas.
Cuaca cukup cerah dan sinar Mentari bersinar cukup Terik siang itu. Stasiun Buxoro atau lebih tepatnya Buxoro 1 ini letaknya lumayan jauh dari pusat kota dan terletak di kawasan yang Bernama Kagan. Ini dapat saa perhatikan di gadget ketika mengambil gambar. Di depan stasiun, banyak pengemudi taksi yang menawarkan jasanya. Namun tentu saja sudah ada kendaraan van yang menanti kami.
Sebuah papan besar bertuliskan "Buxoroga Xush Kelibsiz," serta bergambar kereta cepat Afrisiyob dan tempat-tempat wisata di Bukhora menyambut kami. Papan ini sebenarnya adalah pembatas proyek gedung-gedung berlantai emat atau 5 yang sedang dibangun di sekitar stasiun.
Perjalanan dari stasiun menuju ke pusat kota atau Old City tempat hotel kami memakan waktu sekitar 30-40 menit melewati jalan-jalan yang lebar dan tidak terlalu ramai. Sekilas cuaca di Bukhara di siang hari lebih panas dibandingkan di Samarkand, maklum secara geografis Bukhara memang terletak di sekeliling aoleh padang pasir. Tidak mengherankan selama dalam perjalanan kereta, padang pasir menjadi sajian utama pemandangan.
Ketika kendaraan kami berhenti di tepi jalan di dekat Kota Tua, Guljan, pemandu wisata kami yang akan menemani selama kunjungan di Bukhara sudah menyambut dengan rama. Seorang Perempuan berusia sekitar 30 tahunan yang tampak sangat cekatan melaksanakan tugasnya. Guljan sedikit berbeda dengan Daniyor yang jauh lebih banyak berbicara dab ramah dalam memperkenalkan dirinya dan mencoba mengenal anggota rombongan kami satu persatu.