Mengunjungi makam merupakan salah satu hobi saya dan hampir ratusan makam, mausoleum, kuburan, monumen atau pun segala tempat yang berhubungan dengan dunia orang mati telah saya kunjungi di berbagai negara. Dan ternyata dalam kunjungan ke Uzbekistan kali ini pun cukup banyak destinasi yang memang sejalan dengan hobi ini, yaitu berkunjung ke mausoleum seperti Amir Timur Maqbarasi di Samarkand ini.
Selain mengagumi keindahan bangunan dan arsitekturnya serta mempelajari sejarah bangunan ini, kita juga ternyata bisa mendengarkan kisah-kisah yang menarik dan kadang penuh misteri dan sering mengundang rasa penasaran yang bikin merinding. Ternyata di balik kemegahan mausoleum Amir Timur ini pun ada beberapa kisah yang menarik, kisah ini sering diceritakan kembali oleh para pemandu wisata sehingga menambah daya tarik bagi para pengunjung, baik dari dalam negeri Uzbekistan, maupun dari segala penjuru dunia, termasuk dari Indonesia.
Asyiknya kisahnya bukan hanya satu, tetapi ada beberapa dan diceritakan baik selama di kompleks pemakaman maupun dalam kesempatan bersantai berikutnya. Berikut beberapa kisah yang kebetulan didengar dari Daniyor, pemandu wisata kami di Samarkand.
Ketika berada di dalam ruang mausoleum, saya melihat bahwa batu nisan atau grave stone milik Amir Timur merupakan yang paling indah dan eksotik karena terbuat dari batu zamrud atau giok yang berwarna hijau tua sehingga sekilas terlihat seperti berwarna hitam. Nah ternyata batu zamrud ini konon merupakan batu zamrud paling besar yang ada dan diperoleh di era Ulegh Beg menjadi penguasa di Samarkand. Ulegh Beg merupakan cucuk Amir Timur yang terkenal dengan observatorium atau teropong bintangnya. Konon batu ini ditemukan di TIongkok dan ketika ditemukan sudah berisi ukiran yang bertuliskan nama Amir Timur sekaligus menunjukkan dirinya sebagai keturunan Ghengis Khan.
Cerita yang lain menyebutkan jika batu ini pernah menjadi tempat takhta keturunan Ghengis Khan dan sangat dihormati di istana di Tiongkok. Namun dalam perjalanannya batu nisan ini pernah juga dicuri oleh seorang penguasa dari Persia yang menguasai Samarkand pada abad ke XVIII, namun akhirnya harus dikembalikan lagi ke tempat asalnya.
Namun kisah paling legendaris dari makam Amir Timur adalah tulisan yang dikenal sebagai kutukan Amir Timur. Makam Amir Timur sendiri pernah sekali dibuka di masa Soviet , yaitu atas perintah Stalin pada Juni 1941. Seorang antropologis Soviet, Gerasimov dan timnya, berhasil membuka makam dan meneliti lebih rinci mengenai Amir Timur. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Amir Timur memiliki tinggi sekitar 173 cm dan memang memiliki cacat di kaki kanan sehingga terkenal dengan nama julukan Timur Lenk dalam Bahasa Persia yang berarti Timur Si Pincang. Diketahui juga raut fasial Amir yang cenderung memiliki fitur Mongoloid dengan hanya sedikit aroma Kaukasoid.
Pada saat akan dibuka ini ditemukan semacam peringatan pada makam Amir Timur yang terukir kata-kata : "Ketika Aku Bangkir dari Kubur, Dunia akan Gemetar," Selain itu di dalam peti mati Amir Timur juga tercaba tulisan yang kemudian dikenal sebagai kutukan Amir Timur.
""Siapa pun yang membuka makamku akan melepaskan penyerbu yang lebih mengerikan daripada diriku." Demikian konon tertulis di peti mati. Namun para ilmuwan Soviet tersebut sama sekali tidak menggubris peringatan tersebut dan melanjutkan tugas mereka sebagaimana diperintahkan Stalin.
Percaya tidak percaya, keesokan harinya pada 22 Juni 1941, pasukan Nazi Jerman menyerbu Uni Soviet dan perang pun berkecamuk di bumi Soviet. Legenda ini kemudian terdengar sampai ke Stalin yang akhirnya memutuskan untuk mengembalikan jasad Amir Timur ke tempatnya dan melakukan ritual sesuai ajaran Islam. Dan ternyata setelah melakukan ritual ini pada 19-20 November 1942 yang kebetulan bertepatan pada pertempuran Stalingrad yang terkenal dan dimenangkan oleh pasukan Uni Soviet.
Selain kutukan Amir Timur ini, pada saat pembukaan makam Amir Timur dan keluarganya ini juga terbukti bahwa Ulegh Beg ternyata meninggal dengan dipenggal yang konon dilakukan atas perintah puteranya sendiri yaitu Abdul Latif.