Dalam pertunjukan aerobatik, kita tentunya sering menyaksikan jejak asap warna warni yang menghias langit dengan indahnya. Bentuknya bermacam-macam dan memberikan keindahan visual akan jalur terbang yang sebelumnya telah ditempuh oleh pesawat terbang yang melesat dengan kecepatan tinggi. Suatu jalur yang meliuk-liuk indah bagaikan pemain akrobat di udara. Ternyata pesawat terbang atau pesawat tempur untuk tujuan aerobatik ini memang telah dilengkapi oleh tangki yang berisi minyak yang sudah diisi dengan warna-warna terntu baik merah, hijau, biru, ataupun kuning yang ketika disemprotkah di sepanjang penerbangan menimbulkan jejak uang indah berwarna-warni. Tentu saja minyak atau oil tersebut mengandung bahan-bahan kimia yang sudah diperhitungkan tidak membahayakan penonton atau pun memiliki dampak berbahaya terhadap lingkungan.
Di samping itu, pesawat terbang komersial pun sering meninggalkan jejak atau trail ketika melintas di udara dalam keadaan cuaca tertentu yang disebabkan oleh kondensasi. Jejak ini secara teknis disebut dengan nama Contrails atau Condensation Trails. Secara singkat Contrails adalah awan yang berbentuk garis-garis yang seakan-akan memberikan visualisasi jejak yang ditinggalkan sebuah pesawat terbang. Sejatinya jejak kondensasi atau contrails ini mengandung partikel es yang terbentuk di ketinggian jelajah dan biasanya akan segera menghilang atau tetap ada di langit tergantung keadaan cuaca saat itu. Jika kelembaban sedang tinggi, maka jejak kondensasi ini akan terlihat lebih lama dibandingkan kelembaban yang rendah karena kandungan air yang ada. Bahkan jika tingkat humiditas atau kelembaban lumayan tinggi partikel es yang dibentuk akan kian membesar karena mengikat kandungan uap air yang ada di sekitarnya. Jejak kondensasi ini juga bisa berlangsung dalam waktu beberapa jam dan melebat hingga beberapa kilometer dengan ketinggian beberapa ratus meter di belakang pesawat terbang yang sudah jauh terbang. Hal ini disebabkan karena turbulensi udara, perbedaan kecepatan udara di sekitar dan juga adanya efek pemanasan oleh sinar Mentari.
Karena itu tidak mengherankan jika kita melihat ke langit, sering berjejer jejak-jejak kondensasi berbentuk garis-garis panjang di udara. Sekilas memberikan pemandangan yang indah, namun ada juga yang bilang merusak atau menodai birunya langit. Tentu saja tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Yang jelas jejak kondensasi ini terbentuk karena emisi mesin pesawat yang bercampur dengan kandungan udara di langit tempat pesawat itu lewat.
Untuk mengetahui mengapa jejak kondensasi ini bisa terbentuk, perlu diketahui lebih mendalam tentang kandung yang dimiliki oleh bahan bakar pesawat terbang atau jet fuel. Secara umum fuel atau bahan bakar mengandung hidrokarbon dengan tambahan sedikit aditif dan bahan campuran. Ketika mesin pesawat udara melintas, maka uap air yang bercampur dengan gas emisi seperti CO2 atau karbon dioksida ini akan menetap dan membentuk awan yang konon dalam jangka panjang bisa mempengaruhi perubahan iklim dan pemanasan global. Tentu saja hal ini akan terjadi jika lalu lintas udara kian meningkat seiring dengan perkembangan zaman.
Namun ada juga fenomena menarik yang berhubungan langsung dengan jejak kondensasi atau contrails ini. Yaitu sebuah istilah yang disebut dengan Chemtrails. Chemtrails adals sebuah istilah untuk Chemical Trails, yaitu bila sewaktu mengudara, pesawat terbang menyemprotkan bahan-bahan kimia yang akan bercampur dengan jejak kondensasinya. Bahan kimia ini yang mungkin saja mengandung zat-zat yang bisa berbahaya bagi kesehatan. Untuk bahan bakar pesawat yang normal, tentu saja sudah diperhitungkan kandungan kimia yang diperkirakan tetap aman untuk Kesehatan, akan tetapi jika ditambahkan secara sengaja zat-zat kimia tertentu , bisa saja chemtrails ini menjadi sangat berbahaya dan bahkan bisa menyebarkan penyakit.
Oleh karena itu, sempat beredar teori konspirasi yang menyebutkan jika virus Omikron atay bahkam Covid 19 yang melanda dunia sejak beberapa tahun terakhir ini sebenarnya sengaja disebarkan ke seluruh dunia oleh pesawat terbang melalui chemtrails ini. Karena namanya teori konspirasi, tentu saja kemungkinan besar hanya merupakan berita bohong alias hoaks semata. Namun menurut survei, ada sekitar 17 persen penduduk dunia yang meyakini teori ini.
Tentu saja fenomena contrails ini dapat digunakan untuk tujuan positif seperti untuk membuat hujan buatan, yaitu pesawat terbang menebarkan emisi yang mengandung bahan kimia berupa NaCl atau Natrium Klorida sehingga daerah yang mengandung awan akan berpotensi menjadi hujan. Selain itu penerbangan dengan menebarkan bahan kimia juga diperlukan untuk misi kemanusiaan seperti untuk memadamkan kebakaran hujan atau menebarkan pupuk anti hama di kawasan perkebunan.
Kesimpulannya fenomena Contrails memang merupakan gejala alami yang terjadi jika pesawat udara melintas di kawasan dengan tingkat humiditas yang tinggi sementara chemtrails yang dituduh menyebarkan bahan kimia dengan tujuan menyebarkan virus adalah berita bohong atau hoaks berdasarkan teori konspirasi.
Namun teori konspirasi pun tidak selamanya negatif, karena ada sebuah film komedi yang berasal dari Republik Czech atau Czechia yang mengambil tema tentang teori konspirasi ini berhasil memenangkan berbagai penghargaan. Bahkan judulnya pun cukup menantang yaitu Somewhere Over The Chemtrails. Kebetulan film yang menarik ini baru saja saya saksikan pada acara tahunan Europe on Screens beberapa hari lalu.
Bagaimana dengan pembaca, apakah termasuk 17 persen populasi dunia yang percaya dengan fenomena Chemtrails?