Dari Situs dan Istana Batutulis, tetirah dilanjutkan ke satu tempat yang juga wajib dikunjungi jika kebetulan sudah mampir ke kawasan Batutulis, yaitu, Pemandian Cifulus atau Cipulus yang lokasinya ada di dekat rel Batutulis arah ke Bogor. Dari depan istana, beriringan sebagian besar anggota rombongan berjalan menuruni bukit melewati jalan setapak yang lumayan terjal menuju ke tepian rel.
Sementara saya dan Pak Sutiono lebih suka jalan memutar di tepi jalan raya yang walau lebih jauh, tetapi lebih enak dan santai. Uniknya kami semua tiba di tepian rel pada waktu yang bersamaan. Menurut sebagian teman, perjalanan melewati jalan setapak menjadi lebih lama karena ada ular di sana. Benar atau tidak saya tidak tahu.
Kami kemudian berjalan dengan santai menyusuri rel kereta api sambil sekali-kali melihat ke belakang atau ke depan karena tetap waspada kalau-kalau ada kereta yang lewat.
Walaupun tentu saja rel kereta yang sebelah kiri pasti tidak akan dilewati karena di depan stasiun Batutulis sendiri sedang direnovasi. Suasana siang itu lumayan cerah, tetapi tidak terlalu panas. Kapan lagi menikmati perjalanan seperti ini. Walau terlihat sederhana, semua tampak senang dan gembira. Hal-hal kecil seperti ini pun mampu membuat kam semua tersenyum girang.
Beberapa menit berjalan kaki, di sebelah kanan jalan kami berjumpa dengan tempat yang dimaksud, yaitu Pemandian Cifulus. Tadinya saya mengira pemandian ini mirip kolam renang atau tempat yang besar. Ternyata hanya merupakan sebuah pancuran dan toilet dan juga sebuah musolah.
Di sini banyak ibu-ibu warga lokal yang sedang duduk sambil bersantai. Mereka bercerita bahwa air dari pancuran ini datangnya dari mata air di atas bukit dan tidak pernah kering sekalipun di musim kemarau. Konon air ini memiliki karomah dan dianggap suci sehingga banyak peziarah yang datang dan mandi atau pun hanya berwudu atau mencuci muka atau kaki di sini.
Banyak yang memiliki niat untuk mendapatkan keturunan, naik pangkat, atau bagi yang masih jomblo, bisa juga mendapatkan jodoh setelah mandi atau cuci muka di sini. Bahkan ada juga yang mandi sambil membawa kembang alias mandi air kembang. Konon kalau buat perempuan akan membuat wajah makin cantik dan menarik. Sementara air itu juga bermanfaat agar kita menjadi awet muda.
Ketika saya menuruni tangga menuju ke pemandian, ada sebuah sarang laba-laba dan seekor laba-laba di tengahnya yang tampaknya menjaga tempat ini. Agar tidak mengenai sarang laba-laba itu, kita harus berjalan dengan hati-hati sambil menundukkan kepala, seakan-akan memberikan hormat entah kepada siapa.
Secara bergiliran, kami mencuci muka dan kaki di pancuran, ada yang sambil bersantai, ada juga yang sambil berkomat-kamit membaca dia atau merapal keinginan dan permintaan. Sebenarnya ada beberapa syarat agar permintaan ita berhasil, yaitu mengucapkan salam sebelum masuk ke pemandian dan kemudian mengucapkan beberapa ayat pendek,